PNS vs non-PNS

Written on 11:15 by Novi Tata

Saya heran sama kultur masyarakat di Indonesia yang masih dengan bangganya kalau anaknya jadi pegawai, apalagi pegawai negeri sipil. Saya sama sekali bukan anti sama PNS, bahkan kalau tidak ada aral merintang, awal tahun depan saya akan ikut pengangkatan pegawai negeri sipil BPS. Saya bukannya gak bahagia dengan kesempatan ini. Siapa sih yang gak suka jadi PNS di jaman sekarang yang notabene suliiit banget buat cari pekerjaan. Ini karena kemurahan dari-Nya. Masa ikatan dinas selama 8 tahun harus dijalani karena saya sudah diberi kesempatan untuk menimba ilmu di kampus yang berada dalam naungan BPS (Badan Pusat Statistik).

Kembali ke pekerjaan PNS dan Non-PNS, tentu keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi entah kenapa, banyak orang tua yang lebih bangga jika anaknya diterima sebagai PNS. Padahal menurut hemat saya, pekerjaan PNS dan non-PNS itu sama saja tergantung bagaimana kita menjalaninya. Justru dari sisi pribadi, saya lebih menghargai orang-orang yang mampu beriri di atas kaki sendiri. Orang-orang yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain, lazimnya mereka disebut pengusaha. Kaum pengusaha, dengan segala ketidakpastian mampu dan berani menginvestasikan baik uang, waktu maupun tenaga dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya mereka mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Mereka orang-orang yang berani menanggung resiko.

Balik lagi ke obrolan tentang PNS. Ibu saya juga termasuk seperti orang tua lainnya yang lebih senang saya jadi pegawai negeri. Mungkin karena tunjangan pensiun di hari tua nanti. Memang PNS bukanlah pilihan yang buruk, akan tetapi saya bercita-cita suatu ketika mampu membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang membutuhkan pekerjaan.

Kurikulum pendidikan di Indonesia juga memang mengarahkan seseorang untuk jadi pegawai yang baik. Selepas lulus kuliah, biasanya orang akan berpikir untuk melamar pekerjaan. Jadilah negara ini dipenuhi oleh para job seeker. Padahal saya yakin ada begitu banyak potensi SDM dalam kewirausahaan. Hanya butuh digali dan dikelola dengan baik. Semoga ke depannya pemerintah lebih memperhatikan anak muda yang interest dalam berwirausaha hingga minimal 2 persen dari warga Indonesia adalah pengusaha.

Wisuda STIS Angkatan 14

Written on 15:45 by Novi Tata

Alhamdulillah wisuda juga. Kalau tanpa kemurahan dari-Nya, aku ga akan mungkin melewati semua ini dengan begitu mudahnya. Dari mulai bimbingan skripsi, seminar, sidang, hingga revisi, semua terasa dimudahkan. Hingga akhirnya tanggal 22 Oktober kemarin, aku termasuk salah satu wisudawati lulusan STIS angkatan 14 di auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.

Suasana pagi itu sangat terasa hiruk pikuk. Masing-masing orang sibuk dengan urusannya sendiri. Ini salah satu hari spesial dalam hidupku. Wisuda pertamaku yang insyaAllah akan disusul dengan wisuda-wisuda berikutnya. Ini dia jepretan foto suasana pagi itu di kampus Otista.


Terasa banget perjuangan untuk kuliah di STIS, apalagi pas tingkat 1 dan 2. Banyak mata kuliah yang jamnya pagi pas hari Senin. Artinya aku sering 'mbrudut' pagi-pagi buta dari rumah orang tua di daerah Tangerang Barat. Jaman-jaman itu angkutan umum belum sebanyak sekarang. Untuk para komuter dari Tangerang Barat-Jakarta, pasti ga asing dengan mobil merah Bargol. Selepas subuh biasanya aku udah berangkat bareng-bareng sama bapak-bapak yang pada mau berangkat kerja. Kelewatan karena saking ngantuk udah sering dialami.

Kalo pulang dari Jakarta pas Weekend juga gak kalah perjuangannya. Biasanya aku lebih milih naik kereta karena lebih ekonomis dan lebih santai karena ga terburu-buru. Yang luar biasa nyesek itu kalo naek kereta ekonomi Jakarta-Rangkas Bitung. Segala tukang jualan ada disana, ga peduli suasana dalam kereta sempit atau gak. Kadang aku kesel, tapi kadang aku menyadari kalau kebutuhan perut mereka memang tidak bisa ditunda. Kalau mereka tak bekerja, siapa yang akan menanggung? Baiklah, dari kereta ekonomi tersebut sya ambil pelajaran, ada harga ada rupa. Seribu lima ratus untuk jarak yang tidak dekat udah terjangkau banget buat masyarakat kelas terbawah sekalipun. Hmm, benar-benar merasakan jadi mereka-mereka yang kurang beruntung. Saya merasa beruntung bisa berinteraksi dengan mereka dengan jarak sedekat itu.

Oia kembali ke topik sebelumnya, Sabtu kemarin hari wisudaku. Bapak dan ibu alhamdulillah bisa datang. Memang sih ada kesalahan kecil pas aku maju ke ketua STIS. Aku udah mengacungkan tangan untuk salaman aja padahal kuncir toga belum dipindahkan.. haa, maaluu banget aku waktu itu. Tapi sudahlah, namanya juga insiden tak terduga. 

Hmm seneeeng deh akhirnya bisa ngasih sedikit kebahagiaan buat ibuk. Eh aku terlalu sering ngomongin ibuk ya dibanding bapak? Wajarlah, aku lebih deket sama ibuk. Aku udah speechless nih, intinya aku selalu mohon sama Allah supaya dikasih kesempatan bahagiain ibuk meskipun hanya lewat hal-hal kecil.

Fresh Graduated

Written on 11:52 by Novi Tata

Tadi siang lihat Duta dan kawan-kawannya di Sheila On 7 manggung di kampus. Sekitaran satu jam mereka manggung dengan lagu-lagu yang ada sejak aku SD sampe yang terbaru. Seneng banget bisa liat live performance dari mereka soalnya dari SD aku udah suka sama lagu-lagunya. Apalagi mereka perform-nya lumayan atraktif. Wah akhirnya bisa lihat mereka dengan jarak sedekat itu.. hehe *kesannya lebay saya.

Pas di tengah acara, saat orang-orang pada jingkrak-jingkrak, aku kepikiran sama nasib orang-orang di luar sana yang kurang beruntung. Jangankan berjingkrakan, mau makan apa saja hari ini mungkin mereka bingung. Apalagi di Jakarta ini yang serba mahal. Gaya hidupku kalo kelamaan di Jakarta pasti semakin hedonis. Gimana nggak, kalau setiap kali jalan kan mesti mampir warung-warung Franchisee itu. Yang megah bungkusnya aja, isinya? Tau sendiri lah. Sebenernya mending ke warung tradisional, tapi dengan satu catatan, warungnya harus bersih. No Lalat.. Hmm, Lidahku ga boleh dibiasain sama makanan junkfood macam itu.

Saya memang belum pandai mengatur keuangan. Nah salah satu penyebab kebocoran anggaran keuangan saya biasanya ya makan di warung franchisee yang notabene jual makanan junk. Makanan junk? Iya, soalnya rendah gizi, mahal karena merk. Mulai skrg, no no no.. sekuat tenaga aku akan menghindari junkfood. Huhuhu, semoga bisa, pasti bisa.

Eh besok Gladi Resik buat Wisuda STIS angkatan 14, Huaa.. alhamdulillah sesuatu banget ya buat saya. Keberhasilan kecil ini saya persembahkan buat mama tercinta. She's the best motivator without any words. Mama emang ga banyak teori, tapi beliau cukup mencontohkan saja.

Tadi ada obrolan yang lazim dibicarakan anak-anak tingkat 5 sama Verliya. Tentang jodoh.. Memang kalau ngomongin hal ini akan selalu seru bagi orang-orang yang belum menemukan siapa jodohnya. Sesuatu yang terlalu memang ga baik. Termasuk perihal jodoh ini, terlalu lama ga baik, terlalu cepet juga ga baik. Jadi pasti akan ada waktu yang pas suatu hari nanti. Aku dinilai belum matang untuk berumah tangga. Juast wait and mematangkan diri dulu. :)

Cerita Ibu Soto

Written on 11:35 by Novi Tata


Nulis, nulis, nulis.. ayok pi lebih produktif untuk nulis. Sebenernya banyak banget hal yang sering trlintas dalam benak, yang menurutku lumayan bagus untuk dituangkan dalam tulisan. Tapi banyak banget alasan untuk ga nulis, ya sok sibuklah, ntar dulu lah, males.. pada akhirnya ide-ide yang bersliweran di kepala hilang begitu saja. Sayaang banget yaa.

Sebenernya unek-unek paling enak tu dituliskan. Emm tapi gak mungkin dong saya nulis unek-unek pribadi di wilayah public seperti ini. Tadi siang, seperti hari sebelumnya mondar-mandir di ruang jurusan buat ngurusin draft. Hadeeh udah jadi draft aja masih repoot. Ups, no mengeluh anymore. Tapi beneran deh, capek banget, sampe-sampe perutku teriak-teriak minta diisi. Nah pilihan utamaku ke bu soto, samping SPBU Otista. Dengan kondisi perut yang sangat lapar, soto ayam bu samping SPBU langsung habis dalam waktu sekitar 15 menit.. Ditambah segarnya es teh manis di tengah hari yang panas. Sepanas hati dan kakiku. Hati?Kaki? Haha, iya kesel juga draftku dikembalikan berkali-kali. Tapi emang dasarnya aku yang salah sih, gak teliti. Kaki? Ya iyalah kakiku panasss, udah kaya setrikaan bolak-balik kampus tempat print, kampus, tempat print lagi. Akhirnya sekitar jam 2 siang, mbak-mbak yang tukang meriksa draft kayaknya udah males ngeliatin draft aku. Dia langsung nyuruh aku tulis namaku, dan NIM.. alhamdulillah, berakhir juga. Masih ada manual(petunjuk) yang harus dikerjain. Semakin yakin deh bahwa setiap selesai satu urusan, pasti akan muncul urusan yang baru. Jadi gak perlu berharap sebuah urusan/masalah berakhir lebih cepat. Toh akhirnya pasti akan disusul dengan masalah baru yang mungkin saja lebih ringan, atau bahkan lebih kompleks.

Well, saya sebenernya mau cerita pas saya makan soto tadi. Jadi si ibu soto kedengeran bicara sama seseorang yang intinya, "Masih untung punya orang tua". Eh aku ga bermaksud nguping lho, itu kedengeran karena jaraknya yang deket. Hehe, alibi :p

Bener banget, punya orang tua adalah anugerah terindah dalam hidup kita. Mungkin tak semua orang tua mampu melimpahi anaknya dengan harta benda, tapi hampir semua orang tua mampu menjadi pendengar dan sahabat terbaik bagi anak-anaknya. Mereka siap meminjamkan telinganya 24 jam penuh, kapan pun kita membutuhkan mereka. Dan saat kita berada dalam saat-saat tersulit dalam hidup, merekalah yang tulus membantu kita untuk bangkit lagi.

Saat kita sedih, merekalah orang-orang yang akan otomatis ikut bersedih. Rasa empatinya terhadap anak-anaknya begitu mendalam. Begitupun sebaliknya, saat kita diliputi sukacita, merekalah orang pertama yang akan ikut senang, ikut merasakan kebahagiaan yang sedang kita rasakan.

Mereka rela menahan lapar asalkan anak-anaknya kenyang. Mereka rela berpeluh-peluh di tengah terik matahari yang menyengat, demi membuat anaknya bahagia. Agar anaknya terus dapat merasakan indahnya menuntut ilmu di bangku sekolah.

Ngomongin orangtua jadi inget ibuk dirumah, semoga beliau dan ibu-ibu yang lainnya selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aaamiin..

Dosen Pembimbingku So Sweet

Written on 12:33 by Novi Tata

Alhamdulillah akhirnya satu kata itu kuraih juga, Lulus.. yee sbntar lagi statusku bukan mahasiswi lagi. Kemarin saya seharian di Kehutanan nunggu bu kasubdit sama pak Riko rapat. Untungnya ada mas Tally yang baek bgt. Jadi masa penungguan itu tidak terlalu berasa lama. Udah instal, mondar-mondar, masih aja belum ketemu salah satu dari dua orang yang kusebutkan tadi. Akhirnya jam satu siang aku memutuskan untuk pulang saja karena ada pembagian Indeks Prestasi. Wah ini ternyata IP terjelek saya selama kuliah disini, hmm tapi sekali lagi ga papa lah yang penting nilai perjuangan dan usahanya. Well, ini sudah sesuatu banget buat saya.

Kemarin masih ada revisi dan harus ngadep ke pak pembimbing lagi, padahal dua tanda tangan pengui sudah kukantongi.. huhuhu. Pas kejadian ketemu bapaknya kemarin sore, agak sedikit so sweet. Bapaknya kan lagi super sibuk ya, haha yaudah aku todong aja biar kasih tanda tangan. Bapaknya cuma liat revisiku sekilas aja.. padahal aku ngerjainnya semalam suntuk pak.. hhe. Pertama masuk ruangan beliau, langsung ditodong pertanyaan.. kamu lulus?? Deuh.. Akhirnya ada sesi maaf-maafan deh. Bapaknya bilang, "Saya juga minta maaf yah udah sering ngomelin kamu, ya semoga ada manfaatnya di kemudian hari". Haha,, so sweet juga bapak yang kata anak-anak lainnya 'garang' itu.

Ya itulah, kadang kita terlalu cepat menilai seseorang sebelum mengenalnya dengan baik. Please don't judge a book by it's cover. Terima kasih pak.

Random

Written on 11:36 by Novi Tata

Saya tahu dunia ini gag hanya melulu soal cinta dan jodoh. Hmm tapi kenapa ya, membicarakan tentang dua hal itu sangat menarik dan selaluu ada saja bahan untuk dibicarakan. Sebagai seorang muslim, agama yang saya anut mengajarkan bahwa jodoh, maut, dan rezeki sudah diatur jauuuh sebelum kita dilahirkan ke dunia. Semua telah diskenariokan dengan sebaik-baiknya.

Masalah jodoh, ini menarik, terutama untuk orang-orang yang belum menemukan jodohnya. Namun ada satu ayat yang saya gag hafal, tapi bunyinya wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan sebaliknya. Meskipun sudah digariskan, kita harus menjemputnya dengan ikhtiar. Bergaul dengan batas-batas yang wajar dan selalu berusaha memperbaiki diri. Artinya, jika saya ingin suami yang baik, maka diri saya harus baik dulu.

Haduh-haduh udah agak ngelantur nih pembicaraannya. Hehe, well intinya adalah... siapapun dia, saya yakin lelaki yang akan mendampingi hidup saya kelak adalah lelaki terbaik yang dipilihkan oleh-Nya.

Kebaya Wisuda

Written on 15:21 by Novi Tata

Alhamdulillah. tinggal minta tanda tangan pak pembimbing nih. aa harus beres2 dulu nih semua biar hari senin bisa langsung print out all draft. Harus kelar hari senin.. Emm btw kemarin aku sudah cari kebaya di pusat grosir tanah abang, dan hasilnya kebaya payet hijau lumutlah yang insyaAllah akan menemani hari wisuda nanti.

Ahh tp wisuda kan hanya acara seremonial yak, jd biasa aja pi, ga usah heboh gitu deh. :p semangaat pii, dimanapun dan kapanpun

Mengejar Tanda Tangan

Written on 23:19 by Novi Tata

Hahh.. pa Fir dah kasih tanda tangann, aaaa ini so sweet. Alhamdulillah ya semua terasa begitu dimudahkan oleh Allah. Aku yakin, ini semua berkat do'a ibu. Satu lagi ni yang belum, minta tanda tangan ke pak Anang. Sekarang ni beliau ada di bawah sana sedang menjadi juri untuk acara persembahan HIMADA (Himpunan Mahasiswa Daerah) di kampus ini. Kemarin sih beliau bilang, mungkin acaranya kan selesai sekitar jam 1. Huhu tapi ini kan udah jam 1 lebih. Bagi kami mahasiswa/mahasiswi tingkat akhir, menunggu itu jadi hal yang sangat biasa. 

FlashBack

Written on 11:15 by Novi Tata

Draft skripsi masih perlu untuk diperiksa nih, he tapi lagi semangat untuk nulis. Sore tadi tepatnya habis isya saya mampir ke kosan temen. Sharing-sharing tentang perjuangan skripsi kita yang terasa rumit namun banyak hal dan kisah yang menarik untuk diceritakan. Mulai dari hal-hal lucu dan menyenangkan, hingga hal-hal yang menimbulkan derai air mata.. Mulai dari seminarku yang ampun-ampunan... sampai sidang juga akhirnya.

Mungkin Anda yang membaca tulisan ini menilai saya begitu lebay, halah wong cuma sidang. Eiiitts tunggu tunggu.. Awalnya saya masuk jurusan ini (Komputasi Statistik) bukan karena niat dan kemauan pribadi. Saya diarahkan oleh pihak jurusan. Tahun-tahun awal di jurusan ini memang cukup terasa berat buat saya yang awam sama dunia perkomputeran. Jadilah saya mahasiswi yang kerjaannya cuma datang ke kampus, dengerin dosen bicara, lalu pulang ke kosan. Hmm saya merasa betapa sia-sia hidup saya kala itu. Terlebih bayangan kampus yang saya idamkan selalu menggelayut di pikiran. Andai setiap hari saya dapat bermain dengan rumus-rumus Matematika, mengintegralkan dan mendifferensialkannya. Uh. Begitu kira-kira gumamku kala itu.

Ternyata pikiran-pikiran saya itu salah besar. Justru disinilah tempat terbaik buat saya. Ketakutan-ketakutan saya mengenai pemrograman dapat teratasi dengan baik. Allah memang punya rencana, dan saya yakin rencana-Nya begitu indah. Lebih indah daripada rencana-rencana yang manusia buat. Bagaimana tidak, skripsi saya ini buktinya.

Masa pencarian topik skripsi
Mencari topik penelitian ternyata tak semudah yang dibayangkan. Saat teman-teman lain sudah memperoleh topik skripsi, saya masih terus mondar-mandir BPS (Badan Pusat Statistik). BPS itu instansi dimana saya akan mengabdi selepas lulus nanti jika tak ada aral melintang. Kembali ke cari topik, kira-kira empat atau lima proposal penelitian saya ajukan ke jurusan hingga akhirnya diterima. Memang sih sebelumnya sudah ada judul yang disetujui tapi justru saya mengundurkan diri karena kurang 'srek'. Berkali-kali ke BPS mendatangi subdirektorat2 yang ada disana, menanyakan sistem kerja mereka. Mengidentifikasi apakah ada pekerjaan manual yang bisa diotomatisasi. Huhh lelah memang. Bertemu dengan orang-orang yang paling ramah hingga yang paling galak.

Singkat kata singkat cerita, hati ini menuntun kaki saya ke Gedung 4 Lantai 5 dari lift ke arah kiri. Dengan clingak-clinguk gag jelas tapi sok pede, saya masuk ruangan yang di depannya terpampang Subdirektorat Statistik Kehutanan. Hutan? Pas banget bu Kasubditnya ada, perempuan cantik separuh baya yang masih terlihat ayu. Aku pun mulai tanya-tanya layaknya pengembang sistem yang udah punya jam terbang, hhaha. Alhamdulillah ibunya percaya aja sama saya, padahal waktu itu saya merasa abstraaak banget sama apa yang saya bicarakan. Pokonya ga kebayang deh saya mau buat sistem macam apa. Bahasa pemrograman pun baru aja mau belajar.. Huaa.. Untung aja ibunya ga bisa dengar hatiku yang membatin ga karuan saat itu.

Satwaliar, itu nama survei yang ada disana. Kenapa namanya seekstrem itu saya juga tak tau. Bu kasubdit kemudian memanggil pria setengah baya yang ramah dan sangat baik. Pak Riko namanya. Sungguh welcome banget. Beliau langsung antusias sama apa yang aku tawarkan utuk survei satwaliar. Padahal, lagi-lagi itu semua masih abstrak banget.

Hari-hari berikutnya saya konsultasinya sama pak Riko, dengan segala kesabarannya. Padahal saya sering datang tiba-tiba saat beliau sibuk sama pekerjaannya. Selalu saja beliau menyediakan waktu buat saya. Bahkan beberapa kali dipinjami buku, diberi buku pedoman, di print-kan. Saya banyak berhutang kebaikan sama beliau. Pertolongan Allah sungguh dekat, contohnya melalui pak Riko ini. Semoga Allah merahmatinya.

Masuk tahap koding, huaaa.. I was stressed. Benar-benar stres. Untunglah Handita, teman seangkatan yang pintar nan baik hati itu bersedia menolong. Ada Trias yang membantu membuat laporan. Mereka adalah bentuk pertolongan Allah. Dita Pertiwi yang telah menyokong secara finansial. Ulfah dengan printer, kemeja, dan jilbab putihnya. Monik dengan sumbangan kertasnya. And many more.

Seminarpun dan sidangpun telah usai.. dan satu yang dinanti -wisuda- Semoga

Sepenggal Do'a Setelah Sidang

Written on 11:09 by Novi Tata

Ya Allah, entah kenapa hari ini aku merasa tenang dan damai. Semua yang Engkau berikan memang yang terbaik. Apapun itu... meskipun saat menjalaninya terasa amat sulit. Alangkah beruntungnya saya, ditengah jutaan orang berebut untuk mendapatkan NIP (Nomor Induk Pegawai), sementara saya diberikan begitu banyak kemudahan. Di tengah mahalnya biaya pendidikan khususnya perguruan tinggi di negeri ini, saya justru diberikan kesempatan secara cuma-cuma untuk menimba ilmu di bangku perguruan tinggi.

Alangkah kufurnya saya, jika terus meratapi fisik yang terlahir sempurna, meskipun cantik adalah suatu keniscayaan... Di tengah jutaan orang yang dilahirkan secara kurang sempurna. Ditengah sulitnya perjuangan untuk lulus dari kampus biru ini, saya masih diberi banyaaak sekali pintu kemudahan. Saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa pertolongan-Nya.

Ya Allah, aku ingin ibuku sehat.. tolong beri aku kesempatan ya Allah untuk membahagiakannya. Ijinkan hamba menyaksikan senyum bahagianya di hari wisuda beberapa minggu yang akan datang. Biarkan senyum itu tersungging diwajahnya, air mata meleleh di pipinya serta rasa bangga bersemayam di dadanya. Ya Allah, aku mohon. Tak ada yang dapat saya berikan selain prestasi kecil itu. Tentu saja do'a tak akan lengkap tanpa adanya usaha. Seperti memupuki tanah yang tidak ditanami apapun.. Oke mari revisi dulu..

Met Puasa (Ga mood nulis :p)

Written on 14:34 by Novi Tata

Alhamdulillah ketemu lagi sama bulan Ramadhan,.. bulan yang setiap amal perbuatan akan diberi pahala yang berlipat ganda. Wah berarti pahala mengerjakan skripsi juga berlipat ganda donk, hahaha,.. semoga, biar lancar n lulus sidang ya Allah, aamiin.

Semangaat pii..

Sepenggal Perjalanan Skripsi

Written on 11:02 by Novi Tata

Seminar, kata yang tidak asing bagi mahasiswa tingkat akhir sebagai prasyarat mengikuti sidang skripsi. Hari ini hari seminar saya. Jam 7 pagi saya sudah stand by di depan ruang jurusan karena sebelumnya sudah make an appointment sama dosem pembimbing. Tapi what a shock day is it,, di hari seminar yang notabene sudah mendekati hari sidang, beliau meminta saya untuk menambahkan fungsi baru dalam aplikasi yang saya bangun. Well, saya tau itu untuk perubahan yang lebih baik. Hah, mana saya dikatai stubborn,, heuu..

Teman curhat juga tak bisa hadir. Dia lebih memilih menghadiri seminar teman lainnya dengan alasan yang 'aneh'. Satu lagi teman yang saya rasa dekat, teman sepermainan kalau ada kelas kosong, dia juga tidak hadir tanpa alasan apapun. Ah banyak teman yang saya mengharap kehadirannya namun nyatanya tak menampakkan batang hidungnya sekalipun. Huh hari ini benar-benar saya lalui dengan miserable. Sangat miserable. Kalo saja bisa, saya ingin menghilang ke benua Antartika saat itu juga.Well, sebagai pelajaran untuk lebih bijaksana, saya terus mengademkan diri dengan berprasangka baik sama teman-teman saya itu. Pasti ada kegiatan lain yang dinilai lebih urgent, pasti. Ah saya merasa menjadi orang tersisihkan, marjinal atau apalah sebutan lainnya. But, the life must go on.. chayoo :)

Jejaring Sosial Di Mata Saya

Written on 11:59 by Novi Tata

Laju perkembangan teknologi semakin tak dapat dihentikan. Jarak ribuan kilometer kini sudah bukan menjadi masalah lagi untuk tetap berkomunikasi. Sewaktu saya SD, saya ingat betul betapa repotnya saat kita akan berkirim kabar dengan sanak saudara yang terpisah jarak. First, we have to go to the post office, then we've to buy a stamp , envelope then put it into post box. Stelah itu apakah selesai? Belum, masih butuh waktu lagi agar surat yang dikirim sampai di tangan penerima. Betapa repotnya saat itu.

Sekarang? Mau bilang sesuatu sama pujaan hati yang ada di seberang sana, tinggal ambil handphone, pencet nomornya then bercakap-cakap atau bisa juga melalui SMS (Short Message Text). Telepon jarak jauh masih dirasa mahal? Internetlah solusinya. Internet merupakan teknologi yang tidak mengenal batasan wilayah. We can communicate with other people around the world. Saat kita ada disini dan seseorang ada di benua lain, bisa terus menjalin komunikasi dengan biaya yang relatif terjangkau. Salah satunya dengan jejaring sosial yang cukup banyak jumlahnya. Ada Facebook, Twitter, YM, Plurk, MySpace, AIM, dan masih banyak lagi.

Di jaman sekarang ini, bahkan ada orang yang tidak bisa 'hidup' tanpa kehidupan di dunia maya tersebut. Jadi seperti ketergantungan pada jejaring sosial yang sebenarya hanyalah sebuah tools. Tak salah memang berkecimpung di dunia maya, tapi kalau porsinya sudah melebihi waktu-waktu untuk melakukan pekerjaan utama, saya rasa sudah ada yang tidak benar.

Sebagai contoh, ada orang yang mengupdate statusnya yang bunyinya hanya "lapar..". Pertanyaannya apakah lantas lapar tersebut akan menghilang kalau dia update di facebook? Atau dengan segera saat itu juga ada orang baik yang mau mengantarkan makanan kepada si penulis status? Yang datang pasti hanya komentar-komentar yang tidak banyak membantu, apalagi komentar yang justru cenderung mengejek. Bagaimanapun tak bisa menyalahkan teknologi, karena sekali lagi ia hanya tools untuk mencapai tujuan tertentu. Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara kita memperlakukannya. Kalau kita jadi ketergantungan terhadap jejaring sosial yang setiap menit mengecek apakah ada yang memberi komentar, apakah ada yang mengirim sesuatu ke wall, dan apakah apakah lainnya. Jika sudah demikian, kita perlu waspada. Ingat, kita adalah subjek, bukan objek teknologi. :)

Oh ini toh hjau tosca?

Written on 11:17 by Novi Tata

Jum'at lalu tepat pertemuan/konsultasi ke sepuluh dengan dosen pembimbing. Itu artinya, saya sudah berhak untuk melakukan seminar skripsi saya. Hari itu, saya tentu saya merasa senang karena saya sudah mendapat lampu hijau untuk melakukan seminar, namun sekaligus sedih karena fungsi utama dari aplikasi yang saya kembangkan belum tuntas juga. Ini artinya, saya harus bekerja ekstra keras agar fungsi utama bisa saya demokan pada seminar nanti.

Besok, jadwal foto kelas untuk kelas kami yang bertempat di sebuah kafe di bilangan Sudirman. Tadi siang, saya mencari kostum yang akan dikenakan besok... Sebenarnya saya mencari pakaian berwarna biru muda, biru soft. Ternyata gak semudah yang saya bayangkan. Berkeling sana sini mencari yang cocok. Saya hampir putus asa. Untungnya di saat hampir putus asa mencari pakaian berwarna biru muda, saya menemukannya. Setelah didekati, saya agak ragu apakah itu benar-benar biru muda? Soalnya itu kan di dalam ruangan yang penuh dengan cahaya lampu. Saya beberapa kali menanyakan sama penjaga tokonya apakah baju itu benar-benar berwarna biru muda. Penjaga toko menyatakan iya saja, maklumlah kalau dia bilang tidak, nanti saya gag mau beli. Secara warna memang saya lebih sreg dengan toko yang sebelumnya, namun sayangnya saya tidak suka modelnya karena terlaku ketat jika saya kenakan. Akhirnya saya memilih untuk membeli baju di toko yang kedua yang warnanya saya masih agak ragu.

Ketika perjalanan pulang, saya terus mengintip warna baju yang saya beli dari plastik pembungkusnya, hanya untuk memastikan, ini memang biru muda. Ya ini biru muda. Namun sampai dirumah saya tanyakan sama ibu, menurut mama ini warna apa? mama: hijau, masak gak ngerti sama warna sih, haduuuh.. saya coba liat sekali lagi, oh iya ini lebih cenderung ke hijau. Saya masih penasaran warna apa ini hingga saya browsing tentang warna. Ternyata baju yang saya beli adalah warna hijau tosca, hijau yang agak kebiruan,.. Huaaa,, bagaimana ini besok. Apakah saya harus memeriksakan mata ke dokter? Ini memalukan.. :'(

Di Sudut Kelas Kami

Written on 10:55 by Novi Tata

Kamis kemarin adalah hari yang cukup berbeda menurutku. Pertama-tama, di pagi hari memang ada jadwal untuk melakukan presentasi tugas Rekayasa Piranti Lunak yang sudah diberikan sejak seminggu yang lalu. Jadwal kampus kami masuk jam setengah delpan pagi untuk sesi pertama. Namun karena habis mengerjakan slide presentasi yang dikebut hanya semalaman, walhasil saya bangun kesiangan. Dan barulah sampai kelas sektar pukul delapan. Dengan berbagai pertimbangan, misalnya 'ah bapaknya juga suka telat', saya masuk kelas tanpa rasa berdosa. Sampai di kelas, ternyata bapaknya sudah stand by di posisinya. Tiga puluh menit, waktu yang lumayan lama untuk keterlambatan. Si Bowo dengan nada seperti bercanda, "Heh, kamu presentasi...". Ahh si Bowo kan emang suka bercanda dalam hatiku berkata demikian.

Pas lihat ke papan tuliiiiss,, right, itu nama saya ada diurutaan pertama. Lalu apa mereka belum mulai gara-gara menunggu penyaji pertama (saya) datang? Hah? Kalo benar demikian, saya merasa lebih bersalah. Well, dengan bekal hasil belajar semalaman suntuk saya siap jadi penyaji pertama. Saya menunggu bapaknya untuk mempersilakan. Tapi tiba-tiba bapaknya mengemasi laptop dan alat tulisnya kemudian bertanya kepada kami sekelas... "Kalian serius gag sih sama tugas akhir ini???" Nah lo ternyata bapaknya marah atas kelakuan kami. Kami tidak memenuhi kesepakatan awal bahwa seharusnya presentasi dari 15 kelompok dimulai sejak pukul setengah delapan pagi. Sedangkan banyak diantara kami yang datang sekitar pukul delapan. Bahkan ada teman saya yang tidak sempat absen karena absen sidik jarinya keburu sudah dimatikan sama bapaknya. Well, kami salah.

Sang ketua mengajak saya dan dua orang teman lainnya untuk menyusul bapaknya. Sampai di ruangan bapaknya, beliau terlihat sangat sangat sangat kecewa. Saat itu entah kenapa saya bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh bapaknya. Saya pun akan sangat kecewa bial saya jadi bapaknya. Di sana saya tak mampu berbicara sepatah katapun, karena saya mengakui bahwa saya salah. Saya tak mau mencari-cari alasan untuk membenarkan kesalahan yang telah saya lakukan. Beda sama ketua kelas, dia bilang kenapa kita banyak yang telat hadir ke kelas karena semalaman mengerjakan tugas tersebut hingga bangun kesiangan. Faktanya memang banyak diantara kita yang baru mengerjakan malam itu, termasuk juga saya. Namun saya rasa itu sangat gak tepat untuk dijadikan alasan. Tugas itu kan sudah diberikan jauh hari sebelumnya, satu minggu. Dalam satu minggu ada 7 hari, jika tugas dikerjakan selama satu malam saja, lantas bagaimana dengan yang 6 hari lainnya.

Saya sendiri memang mengakui bahwa itu penyakit saya juga, suka menunda tugas hingga deadline tiba. Akhirnya ya seperti itu berantakan jadinya. Oia bapak dosen yang aku ceritakan tadi memang lulusan Jepang yang notabene adalah negara yang disiplin. Beliau sekolah disana kalau ga alah sekitar sepuluh tahun.

Setelah peristiwa minta maaf dan membujuk bapaknya agar mau kembali ke kelas, presentasi pun bisa dimulai meskipun terbatas dengan waktu. Saya rasa bapaknya ingin memberi kita pelajaran yang sangat berharga, menurutku itu sangat sangat berharga. Alhamdulillah presentasiku cukup lancar. :D

Oia di sela-sela presentasi berjalan, aku melihat ada suatu fenomena yang cukup berbeda di kelas. Biasanya di kelas kami terbentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih suka menggerombol. Fenomena penggerombolan sudah terlihat sejak kami tingkat 2. Saya tidak suka penggerombolan (biasanya terdiri atas 2 sampai 4 orang), atau mungkin saya hanya iri saja ya? entahlah. Fenomena duduk bergerombol dengan orang yang itu-itu saja pernah saya wacanakan denga teman, dan kami sepakat bahwa dudduk bergerombol adalah kata lain dari tidak mau dekat dengan teman selain gerombolannya.. wallahu'alam.

Antara Sepatu dan Laki-laki

Written on 09:36 by Novi Tata

Sebenarnya saya punya niat untuk menghasilkan paling tidak satu tulisan dalam satu hari. Ah tapi sayangnya saya agak moody, jadi saat mood saya lagi jelek, gak akan bisa nulis apa-apa. Seperti kemarin, tiba-tiba perasaan saya jadi sangat ga enak, mau ngapain juga terasa ga enak, apalagi untuk menulis. Akar permasalahannya sebenarnya sepele, cuma karena SMS yang tak terbalas, hehe. Tapi entah kenapa efeknya begitu besar, hingga menghilangkan semangat beraktifitas bahkan semangat makan. Well, saya akui itu salah satu sifat buruk yang harus saya buang sejauh-jauhnya.

Beberapa hari yang lalu saya tersasar ke blog seorang mahasiswa fikom UGM. Ulasannya mengenai suatu hal cukup komprehensif, tulisan-tulisannya enak dibaca. Salah satunya tentang analogi antara sepatu dan laki-laki. Saya setuju kalau memilih sepatu gak jauh beda sama memilih pasangan. Ga semudah membeli cabai misalnya. Sepatu itu barang yang meiliki dua sisi penting dalam hal pemilihannya. Sepatu yang keren belum tentu nyaman dipakai, begitupun sepatu yang nyaman, ga selamanya selalu keren. Beruntunglah bagi orang-orang yang mendapatkan sepatu yang nyaman, juga keren. Nah sepatu keren itu bisa dianalogikan dnegan laki-laki tampan, ganteng, keren. Sedangkan sepatu nyaman, dianalogikan dengan laki-laki yang mampu memberi kita kenyamanan dengan sikap dan tingkah lakunya.

Semuanya kembali ke diri masing-masing. Mau sepatu  yang seperti apa. Meskipun setiap keinginan tidak dapat selalu terpenuhi. Minimal kita punya harapan, meskipun hasilnya ga sebagus yang diharapkan. Paling tidak ya mendekati harapan. Buat apa pula sepatu yang good look, tapi 'menyiksa' pemakainya. Sehabis dipakai membuat kaki lecet-lecet, pegal, dan keluhan lainnya. Lebih baik sepatu yang nyaman dan pantas.Memilih sepatu memang ga selamanya sama dengan memilih pasangan karena kamu dapat membuang sepatu pilihanmu itu kapanpun saat kamu tidak lagi menyukainya. Sedangkan pasangan? Tidak!!

Harga Sang Waktu

Written on 11:31 by Novi Tata

It's about the time. Waktu itu sangat istimewa menurut saya. Semua orang di belahan bumi ini memiliki waktu yang sama dalam sehari. Memiliki jumlah hari yang sama dalam satu bulan. Dan memiliki jumlah bulan yang sama dalam satu tahun. Waktu berlaku adil kepada semua manusia. Tidak ada yang lebih cepat, tak ada pula yang berjalan lebih lambat. Tapi sayangnya banyak orang yang tidak adil terhadap waktu. Banyak orang yang tidak menghargai berharganya waktu. Termasuk saya mungkin, huuhu sedih. Saya termasuk koruptor waktu, suka mencuri-curi waktu. Padahal waktu gak akan pernah datang dua kali. Waktu adalah sesuatu yang spesial, sesuatu yang berharga.

Kewajiban kita jauh lebih banyak daripada waktu yang ada. Jadi harus pandai-pandai me-manage sang waktu. Saya jadi teringat sama kisah batu dan toples. Seperti ini ceritanya.

"Seorang guru datang ke kelas dengan membawa toples, batu besar, batu kecil, dan air. 'Hari ini kita kuis!' ujar guru itu dengan gaya cool-nya. Anak-anak muridnya langsung grasak-grusuk karena tidak memiliki persiapan untuk kuis. 'Ehem, kalian tenang aja, kuisnya ga susah kok. Kalian cuma perlu jelasin, apa kira-kira saya maksud saya membawa toples, batu dan air ini ke dalam kelas?'. Anak-anak murid terdiam, dan bingung, sebenarnya jawaban macam apa yang dibutuhkan oleh guru mereka. 'Kalian tidak perlu menulisnya dalam kertas, cukup sampaikan saja, agar yang lain bia mendengarkan. Akhirnya satu per satu anak murid menyampaikan jawabannya. Dari sekian jawaban yang muncul, ternyata tidak ada yang seratus persen tepat. Lalu sang guru mulai berujar. 

'Toples ini ibarat waktu yang kalian miliki. Ukurannya tetap, tak bisa ditambah maupun dikurangi. Sedangkan batu-batu ini, ibarat tujuan kalian, goals yang kalian miliki. Batu besar melambangkan tujuan besar, sedangkan batu kecil layaknya tujuan-tujuan kecil kalian. Pasir dan air ibarat tujuan yang lebih kecil lagi. Ketika kalian mendahulukan batu-batu kecil dan pasir kalian masukkan terlebih dahulu ke dalam toples ini, apakah batu-batu besar dapat masuk? Mungkin dapat, tapi tetap saja ada ruang kosong yang tersisa dalam toples. Lalu bagaimana supaya seluruh material ini dapat masuk ke toples tanpa menyisakan ruang kosong? Kalian harus mengisi toples ini dengan batu besar terlebih dahulu, kemudian batu kecil, pasir, kemudian air. Semuanya akan masuk ke dalam toples tanpa ruang kosong yang berarti. Dengan kata lain, kalian harus mengisi hidup dengan tujuan utama terlebih dahulu, baru kemudian tujuan-tujuan lain yang lebih kecil. 'Oke sekarang apa tujuan utama dalam hidup kalian??'. 'Siapkan jawabannya untuk minggu depan.'

Berkaca pada diri sendiri, sepertinya saya lebih banyak mengisi hidup ini dengan hal-hal yang tidak begitu penting, hal-hal yang cenderung tidak menuju kepada pencapaian tujuan yang saya miliki. Ibaratnya, saya ingin pergi ke Bali, tapi saya malah menyebrang lewat Bakauheni. Saya harus meluruskan arah, supaya tujuannya lebih mudah tercapai. Anyway, I love this life :)

The destination

Written on 09:29 by Novi Tata

Cita-citaku banyak, sangat banyak malah,.. Cita-cita yang saya sangat harapkan untuk waktu dekat ini adalah wisuda bareng-bareng temen angkatan 49 di auditorium STIS bulan Oktober nanti. Saya ingin menambahkan 'embel-embel' S.S.T di belakang nama saya, karena nama saya sekarang terlalu pendek, hehe. Saya ingin di hari itu, dua orang yang memiliki andil besar terhadap hadirnya saya di dunia ini, mama dan bapak saya menyaksikan prosesi pengesahan penambahan gelar di belakang nama saya.

Sebenernya saya agak 'ngilu' kalo denger kata ngoding, wkwk. Tapi mau gak mau, suka gak suka saya harus menjalaninya dan harus menyukainya karena saya adalah mahasiswi jurusan setengah komputer. Setengah? Ya, setengah statistik, setengah komputer, mata kuliah yang diberikan oleh kampus sudah dipaket dan tidak bisa pilah pilih seenak hati. Kalau diajak bicara tentang statistik gak terlalu blank lah, tentang komputer juga nyambung sedikit. Hehe, gak terlalu komprehensif. Saya pikir BPS (Calon instansi tempat saya akan mengabdi) butuh para statistisi yang melek teknologi. Karena era ke depan, teknologi akan memegang peran yang krusial dalam banyak bidang, sekarang juga udah sih, he.

Topik penelitian yang saya ambil termasuk yang mudah bila dibanding sama teman-teman sejurusan. Ada teman yang buat sistem untuk digunakan sampai ke kabupaten. Ada yang tentang teknologi baru dan sebagainya. Meskipun begitu, saya gak boleh menggampangkan topik penelitian ini. Gampang kalau gak dikerjakan, sama aja nihil kan? :) Pokoknya berhasil atau gaknya tergantung usaha yang kita lakukan. Allah akan selalu membantu, tapi kalau kita tak berusaha, bagaimana Allah akan bantu? hehe, Allah ga akan mengubah keadaan suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau mengubahnya. Tetap fokus di jalan yang udah dipilih... semangatoo :)

Ini Passion-ku, apa passion-mu?

Written on 09:01 by Novi Tata

Kemarin saya menyambangi, halah-halah bahasanya, maksudnya mampir ke blog orang lain. Ada satu posting yang bikin saya geli, 'Maafkan Saya', begitu judulnya. Saya kira itu permintaan maafnya untuk seseorang yang telah ia rugikan atau ia sakiti. Eeeh ternyata untuk para pembaca blognya, haha. Kenapa dia minta maaf? Karena ia suka mem-post sesuatu yang menurutnya ga bermanfaat dan hanya nyampah saja. Haha, kalo kaya gitu saya juga suka menyampah dong di blog. :) Dalam hati saya, tenang kawan, kamu ga sendirian. Saya memang mengakui kalau suka 'nyampah' di blog, unek-unek yang saya rasakan, sampai ide-ide yang melintas di kepala. Kadang pun saya menulis cuma untuk mengabadikan ide-ide dan pemikiran yang melintas di kepala, sebelum akhirnya lupa. Maklumlah manusia kan emang tempatnya salah dan lupa. Yang hampir gak pernah salah dan gak lupa ya robot, komputer, itupun mereka biasanya akan nge-hang juga kalau kecapekan. Hlo ini udah melenceng jauh dari topik kita, hehe.

Jujur lagi, saya emang orang yang jujur, wkwk, saya ga jago untuk ngomong atau ngungkapin pendapat saya di depan orang, apalagi di depan orang banyak. Susah banget rasanya mau ngutarain yang ada di dalem kepala. Sebenarnya saya ga mau nyalahin siapa-siapa, cuma saya dengan sangat terpaksa menyesalkan sistem pendidikan di Indonesia yang cenderung tidak menghasilkan pembicara-pembicara yang handal. Padahal banyak orang hebat yang lahir dan dibesarkan di negeri ini.

Saya memang belum pernah merasakan bagaimana dunia pendidikan di luar negeri, (lagian luar negeri kan luas ya? hehe), tapi menurut berbagai sumber yang lumayan valid, disana para anak didik diajarkan untuk berani berpendapat. Bahkan ketika sang guru/ dosen menyampaikan pertanyaan, mereka akan berebut untuk menjawab. Berbeda sekali sama yang saya rasakan di kelas saya, hening sekali saat dilempar sebuah pertanyaan. Saya pribadi, sebenarnya ada jawaban-jawaban dalam benak, tapi ya saya masih belum percaya diri untuk menyampaikannya. Saya yakin, teman-teman juga punya jawaban masing-masing.

Karena kebelummampuan saya untuk 'berbicara', saya lebih memilih menyampaikan segala pendapat, opini, dan pemikiran melalui tulisan-tulisan. Ya meskipun saya pun belum mahir dalam dunia tulis-menulis. Saya akan terus belajar menulis. Kadang agak minder kalau baca tulisan orang lain yang berat-berat. Pakai istilah-istilah yang asing di telinga. Tapi tak apa, saya akan terus menulis dari hati.

Sebenernya saya masih bingung dimana bakat saya, saya yakin Tuhan menitipkan sebuah bakat untuk saya. Masih terus menggali dan menggali. Saya pun yakin bahwa Tuhan menciptakan saya dengan sangat teliti dan hati-hati, menciptakan saya dengan kondisi yang sempurna. Kehidupan ini indah :) Saya seringkali dibuat terkesima olehnya, hehe, kehidupan adalah sistem terbaik yang diciptakan oleh-Nya.

Saat ini saya menyandang atribut sebagai mahasiswi tingkat akhir di perguruan tinggi kedinasan. Saya bersyukur, dan memang harus bersyukur. Bagaimana tidak, di tengah mahalnya pendidikan di Indonesia, saya diberi kesempatan untuk mencicipinya dengan cuma-cuma. Dan sesuai dengan niat saya, saya akan melakukan yang terbaik dalam hal apapun. Termasuk dalam dunia pendidikan. Meskipun jujur saja saya tidak terlalu tertarik dengan dunia perstatistikan, dunia komputer masih agak suka lah, haha cuma agak.

Satu hal pula yang saya yakini, orang yang cerdas dan berilmu akan berguna dimanapun dia berada. Saya selalu berusaha untuk menanamkan kalimat tersebut di otak saya. So, let's do long life learning... Happy learning :)

About The Money

Written on 08:13 by Novi Tata

Program saving saya belum berhasil. Tapi saya terus akan mencobanya. Kemarin, hari Minggu, niatnya cuma mau anter sepupu kecil potong rambut. Eeeh emang dasarnya wanita ya, selalu ingin ini ingin itu, laper mata deh pokonya. Hua padahal dengan sekuat hati saya udah mencoba untuk ga tertarik sama berbagai treatment yang ditawarkan sama salon. Facial, masker rambut, creambath,.. dan akhirnya saya memutuskan untuk facial. Padahal, ga ada anggaran untuk facial, untuk ke salon. Tuhan, maafin sayaaa.. belum bisa konsisten sama anggaran yang sama buat, sama komitmen saya.

Ternyata butuh komitmen yang kuat buat ga tertarik sama hal-hal yang ga perlu. Kalo perlu pake kacamata kuda sekalian, hehe. Apalagi yang namanya cuci mata di mall, huh itu sumber utama pengurasan kantong. Huhu saya akui memang saya suka gelap mata kalau sedang memegang uang berlebih. Suka mikir ingin ini ingin itu. Padahal mesti tau yang mana yang butuh dan mana yang hanya sekedar ingin.

Yang saya tahu, seberapa pun besar penghasilan yang dimiliki, akan tetap tidak cukup jika kita terus-menerus mengikuti keinginan yang tak ada habisnya. Bukankah orang yang terkuat adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya? termasuk nafsu/keinginan untuk belanja hal-hal yang memang tidak perlu.

Lalu bagaimana jika seluruh hal-hal yang dibutuhkan sudah tercukupi? Ya bolehlah sedikit memanjakan diri dengan hal-hal yang diinginkan. Saya bilang, sedikit lho. Nggak boleh gelap mata membelikan seluruh uang yang ada di rekening kita.

Pada intinya, kita perlu menetapkan skala prioritas. Skala prioritas berisi segala sesuatu kebutuhan kita dan diurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya dan 'kemendesakannya'. Sesuatu yang penting dan mendesak, sesuatu yang penting tapi tidak mendesak, sesuatu yang tidak penting dan mendesak, dan sesuatu yang tidak penting dan tidak mendesak. Saat mendapatkan bonus tambahan, bukan berarti untuk berhura-hura, shoping sana-sini, dan akhirnya penyesalan lah di ujungnya. Semoga saya ga hanya bisa bicara dan berkoar-koar saja melalui blog ini. Semoga saya bisa merealisasikan pemikiran-pemikiran yang ada di benak saya ini. Semoga.

Thanks Allah

Written on 07:53 by Novi Tata

Pertolongan Allah memang sangat dekat, ya sangat dekat. Beberapa hari yang lalu saya sangat khawatir sama kondisi keuangan saya selama satu bulan mendatang. Uang di tabungan semakin menipis. Sementara itu, saya tidak lagi memberi les privat demi fokus ke skripsi. Mau minta ke ibu juga tak mungkin, saya tau bagaimana keadaannya. Jadilah saya harus berhemat dengan sisa uang yang ada. Memaksimalkan penggunaan uang dengan jumlah yang minimal, hehee.

Padahal banyak yang harus saya beli untuk kebutuhan skripsi, tinta yang sudah habis, koneksi internet, pulsa untuk janjian sama temen (*hehehe), dan sederet kebutuhan lainnya. Selepas pulang dari rumah, pas sampai di kosan, hape berdering, sya kira teman. Eeeh alhamdulillah ada orang disana yang tertarik untuk membeli harddisk eksternal. Memang beberapa waktu lalu saya pasang iklan di kaskus. Saya seperti habis melepaskan beban yang sangaaat berat dan melemparkannya entah kemana, paling tidak, hasil penjualan itu bisa untuk menutup biaya internet sebulan kedepan.

Hari ini, lihat timeline teman yang bilang uang ID sudah cair, hhmm alhamdulillah :) sekali lagi, pertolongan Allah begitu dekat. Jumlahnya cukup untuk aman untuk satu atau dua bulan ke depan.

Mulai hari ini, saya berjanji pada diri saya sendiri gag akan boros lagi. Saya akan memanage uang-uang tersebut sebaik mungkin. Saya akan lebih menyayangi setiap rupiah yang saya miliki. Meskipun begitu, saya harus terus beramal, meskipun dalam keadaan sulit.

 Let's saving for better future.. :)

Oseng-oseng Cumi

Written on 05:52 by Novi Tata

Bahan :
Cumi Asap  2ons
Cabe Hijau   4buah
Cabe merah  3buah
Bawang merah   4siung
Bawang Putih  1siung
Lada   secukupnya
Lengkuas

Haluskan bawang merah, bawng putih, lada. Memarkan lengkuas. Iris cabe hijau, cabe merah dan tomat.

Sangrai minyak, masukkan bumbu halus, bumbu iris dantambahkan sedikit air. Masukkan cumi yang telah dipotong dan dicuci bersih. Ungkep selama 5 menit. Oseng cumi siap dihidangkan.

Jangan Setengah-Setengah

Written on 05:41 by Novi Tata

Status saya saat ini yaitu sebagai seorang anak, seorang mahasiswa, seorang teman, seorang tetangga, seorang hamba, dan beberapa tahun lagi insyaAllah akan menjadi seorang pegawai, seorang rekan kerja, seorang istri, seorang ibu, seorang menantu, seorang kakak/adik ipar.. hmm can't wait till that moment :)

Dengan berbagai atribut yang telah saya sebutkan tadi, tentunya saya ingin memerankan setiap peranan yang telah saya sebutkan tadi dengan sebaik mungkin. Saya berusaha menjadi mahasiswa yang baik, saya berusaha menjadi anak yang baik, sebagai seorang teman pun saya ingin mejadi teman yang baik, tetanggga yang baik, hamba yang baik, pegawai yang baik, rekan kerja yang baik, istri yang baik, ibu yang baik, menantu yang baik, adik/kakak ipar yang baik,... hmm saya berusaha.

Saya akan sangat sedih ketika orang tua saya menyesal telah memiliki anak seperti saya, ketika Tuhan saya menyesal memiliki hamba seperti saya, ketika seorang teman menyesal memiliki teman macam saya, ketika suami merasa menyesal telah menikahi saya dan terlebih ketika anak saya menyesal telah lahir dari rahim ini. Ya Allah ya Tuhan, jangan sampai hal itu terjadi. Sedini mungkin saya akan belajar bagaimana memerankan setiap peranan saya dengan sebaik mungkin.

Orak Arik Telur Tempe

Written on 08:35 by Novi Tata

Akhir-akhir ini dikosan lagi demam sama acara TV yang namanya master chef. Itu lho acara masak-masak yang pake di nilai-nilai. Yang nilai chef Juna yang ganteng ituu.. hoho. Aku gak mau dong kalah sama peserta-peserta itu. So, aku lagi suka bereksperimen masak. Hasil resep coba-coba pagi ini.. aku menamainya orak-arik telur istimewa. Loh kenapa istimewa? Cara buatnya ditambah dengan senyum yang ikhlas soalnya, hehe. Langsung aja, ini dia penampakannya.



Bahan-bahan : 
Sepotong Tempe potong dadu, sisihkan... 
Siapkan sebuah telur, kocok, sisihkan... 
Bumbu : 
Cabe 3 buah (kalo suka pedes ya bolehlah ditambah)
Bawang merah 5 siung
Bawang putih 1 siung aja
Merica secukupnya
Lengkuas
Daun salam
Tomat
Kecap manis

Bumbu yang dihaluskan :
bawang merah, bawang putih, merica... lengkuas dimemarkan

Bumbu iris : cabe merah, tomat

Cara buatnya :
Goreng tempe dan telur secara terpisah, tempenya setengah matang aja. Cara goreng telurnya juga harus dikacau supaya bentuknya menjadi kecil-kecil. Sangrai minyak dlam wajan panas, masukkan bumbu halus dan bumbu iris hingga harum. Tambahkan gula dan garam secukupnya. Tambahkan air secukupnya. Masukkan tempe dan telur yang sudah digoreng, tambahkan kecap manis sesuai selera. Tunggu sekitar lima menit. Masakan Anda sudah siap untuk disajikan!!!


Cocok disajikan dengan nasi hangat :D

Masa2 tingkat 3

Written on 13:06 by Novi Tata

Nah kalo yang ini, foto kami sama pak Dr. Hasyim Gautama. Beliau masih muda udah dapet gelar doktor dari universitas di luar negeri tepatnya negeri kincir angin, saat itu kayanya usianya baru 30 tahun. Bapak doktor ini sangat "digila-gilai" sama mahasiswi yang diajarnya. Beliau tu expert di bidang jaringan, kalo mau ngomongin tentang jaringan, sama beliaulah cocoknya. Nah foto ini diambil saat kuliah terakhir bersama beliau. Narsis-narsis kan gaya kami?? :) Disitu, aku berjarak 3 orang dari bapaknya. 

 

Best Moment with KS'ers

Written on 12:56 by Novi Tata


Malam ini aku iseng buka-buka album dalam facebook. Memang banyak foto hasil tag-an teman yang belum sempat aku unduh. Coba lihat wajah-wajah dalam gambar di atas, ceria bukan? Itu fotoku bersama teman-teman dan pak Edi, dosen nyentrik yang gaya ngajarnya beda dari dosen-dosen lainnya. Proporsi antara belajar dan ketawanya tu 40:60 lah, hehehe. Foto itu diabadikan saat kami tingkat 3. Aku suka sama senyum kami di foto ini. Terlihat lepas dan begitu bahagia.

Aku ada di baris paling depan ketiga dari kanan. Mahasiswa di kelasku terdiri dari banyak suku yang berasal dari berbagai pelosok tanah air (pelosok??, hehehe). Ada orang Jawa, Sunda, Betawi, Dayak, Papua, dsb. Warna-warni ya? Meskipun demikian, anak Jawalah yang paling mendominasi kampus, kadang, jadi berasa kuliah di daerah Jawa Tengah. Sekarang kami sudah tingkat 4, sebentar lagi akan bersibuk ria dengan skripsi. Sekitar 3 minggu lagi ujian komprehensif... grrrr... Dan semoga, pada bulan September nanti, kami akan lulus bersama-sama.