Surat Kecil untuk Bundaku

Written on 08:55 by Novi Tata

Cinta dari bunda untukku begitu luar biasa. Dari sejak lahir sampai setua sedewasa ini gak bosen-bosennya si bunda memberikan kasih sayangnya kepada kita yang terkadang membandel *kayak noda aja membandel*. Sering ga nurut sama perintah dan anjurannya. Sering juga sok tau. Sering minta ini, itu, dan ono. 

Bunda *biasanya manggilnya mama, ini biar bagus dibaca, hahay* ga pernah bosen untuk menanyakan apakah aku sudah makan. Dialah orang yang paling khawatir jika aku memberitahu bahwa kondisiku sedang tidak sehat. Setiap akhir pekan, beliau juga tidak pernah bosan untuk menanyakan apakah aku akan pulang kerumah. Pertanyaannya memang kurang kreatif, tapi yang terpenting adalah esensinya. Jangan lupa makan, itu sms yang sering kuterima. Hmm, mana mungkin aku lupa makan, haha. 

Di pertengahan malam yang sunyi saat orang lain terlena dengan kasur dan bantalnya, bunda selalu berusaha untuk bangun dan mendirikan shalat malam. Dan diantara barisan doa'mu bun, aku tau namakulah yang paling utama kau sebut. It's really something bun karena aku sangat percaya sama kekuatan do'a. Ya, ada kekuatan lain di luar kekuatan manusia. Sementara aku bun, hanya mendo'akanmu sekilas saja, itu pun tergesa-gesa. Maafin ya bun putrimu yang sok sibuk ini. 

Bunda selalu tidak ingin terlihat sedih akan masalah-masalah yang dialaminya. Hmm, tetapi mungkin karena ada sejenis kontak batin, Aku selalu saja bisa menerka apa yang sedang dirasakannya. Eits jangan salah paham ya, aku bukan seorang peramal. Bundaku biasanya akan termenung dan tidak banyak bicara saat dia punya banyak masalah yang sedang dipikirkan. Kalau sudah demikian, putri bawelnya ini akan melontarkan seribu pertanyaan untuknya. Maklumlah sudah terbiasa melakukan pencacahan survei, hahaha. Aku tidak tau apakah pertanyaan-pertanyaaanku itu mampu meringankan beban pikirannya atau malah justru membuatnya semakin pusing. Biasanya beliau akan lebih bebas bercerita jika kulontarkan pertanyaan demi pertanyaan. Terkadang tangisnya pun pecah di hadapanku. Semoga saja itu mampu meringankan ya, katanya menangis itu bisa meringankan beban masalah yang ada secara psikologis.

Bunda, putri bawelmu ini cuma bisa menyediakan dua telinga yang siap menampung keluh kesah bunda. Semoga ketika aku sudah berkeluarga nanti dan disibukkan dengan urusan-urusan kantor, suami dan anak-anak, aku masih mampu menyediakan waktu untuk mendengarkan cerita-cerita bunda. Dulu kan bunda juga selalu setia mendengarkan ocehanku yang tidak jelas. Meskipun tidak jelas, bunda tidak pernah sedikit pun memarahiku. Masih ingat kan bun?

Bunda, putri bawelmu ini sudah dewasa loh. Terkadang ada riak-riak rasa yang menelusup di hati ini. Orang bilang itu cinta bun, aku sampai saat ini belum bisa mendefinisikannya karena memang sangat absurd. Cuma bisa dirasakan saja bun. Ah aku malu bun kalau terlalu banyak mencurahkan perasaanku disini karena bisa dibaca sama orang. Nanti saja ya bun kita bicarakan soal ini empat mata.

Bunda, putrimu yang bawel ini suatu saat akan pergi ke daerah untuk bertugas. Tentunya dalam waktu yang relatif lama. Aku pasti akan kangen banget sama bunda, sama masakan bunda, sama omelan kecil bunda. Kangen dibuatkan teh hangat sama bunda, juga kangen dibuatkan telur mata sapi. Semoga bunda bisa sering berkunjung ke tempat tugasku nanti *amin*. 

Jaga kesehatan ya bun, semoga Allah SWT selalu menjaga aku dan bunda dimana pun kita berada. Aaamiin ya Allah :)

If you enjoyed this post Subscribe to our feed

No Comment

Posting Komentar