Banyak Seafood Disini

Written on 17:30 by Novi Tata

Bismillah. Mau mulai menulis lagi. Satu hari satu tulisan, semoga bisa. Selama penempatan ini lebih sering gak mood nulis. Tahun 2013 ini tinggal menyisakan 11 bulan untuk dilalui. Waktu terkadang terasa begitu cepaat berlalu. Rasa-rasanya baru kemarin aku dan teman-teman dengan bangganya mengenakan seragam putih abu-abu. Sekarang sudah 'terdampar' di tepian pulau Celebes.

Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ndak pantas sekali jika masih ada keluhan keluar dari bibir kita. Atau kalau jaman sekarang, ndak pantas mengeluh lewat media komunikasi apa pun, sms, socnet, dan sebagainya. Satu hal aja sih yang bikin aku sedikit shock disini, ga ada tempat jalan dan jajan2. Memang ada hikmahnya, jadi nggak sering jajan alias hemat banget.

Harga-harga sayur-mayur dan ikan-ikanan relatif sama dengan di pulau Jawa. Beberapa memang sedikit lebih mahal, terutama untuk barang-barang yang didatangkan dari luar kota seperti isi ulang LPG dan Air mineral Bermerk. Kota disini lebih mirip sama kecamatan di pulau Jawa. Sepi lengang gitu deh. Over all, lumayan enak tinggal disini. Meskipun yang namanya kampung halaman rasanya selalu memanggil-manggil untuk kembali. Punya kampung halaman pi? :p

Semenjak disini aku diharuskan suka masak. Gimana enggak, harga makanan matang mahal sekali. Selain mahal, rasanya ga pas sama lidah jawaku. Biasanya orang jawa kalau masak kan ada sedikit menggunakan gula. Enggak heran kalau orang jawa jadi manis-manis, ehehee. Disini aku makan ikan terus setiap hari, lah di pasar emang banyaknya ikan. Ada juga Makanan laut lainnya, seperti udang dan kepiting. Kalau kepiting aku nggak tau gimana cara ngolahnya. Takuut sama capitnya yang guede itu. Udang aku sukaa. Beberapa waktu yang lalu udah download aneka resep masakan berbahan dasar udang. Ok guys tunggu ya hasil masakanku di tulisan-tulisan selanjutnya.. :D

Tinggal dimana? Sama siapa?

Written on 20:24 by Novi Tata

Seminggu 7 kali ke kantor, haha itu aku. Kantor udah berasa rumah sendiri, hmm, di kantor ada koneksi internet, ada AC, sedangkan di kamar kosku enggak. Hehe maklumlah kamar kosku standar banget. Kalau siang panas. Kalau malam dingin, wkwk yaiyalah.

Rencanaku, aku pengen ambil KPR BTN disini. Namun kalau mengingat entah berapa lama disini, jadi galau lagi mau ambil atau enggak. Lama angsuran kpr kan 10 atau 15 tahun. Ibuku kaget pas aku curhat mau beli rumah, dikiranya aku mau menetap disini. Aku langsung buru-buru menepis sangkaan ibu. Hahaa, ya enggaklah bu masa mau menetap disini.

Pertimbanganku mau ambil KPR adalah sebagai investasi. Ya harga rumah dimana-mana ga ada yang menurun dari waktu ke waktu. Yang paling bikin galau adalah berapa lama nanti gue disini. Bukan masalah enak ga enak daerahnya. Disini alhamdulillah nyaman-nyaman saja. Ini masalah perencanaan hidup untuk ke depannya. Di kabupaten terjauh di daratan Sulawesi Tenggara ini, menurut senior-seniorku akan cepat di mutasi ke provinsi. Kabar tersebut tidak bisa dipastikan juga kebenarannya. Kalau misalnya aku ambil rumah, terus tiba-tiba sk mutasi keluar,, huaa harus di over kredit kan berarti. Sebaliknya kalau aku kontrak rumah dan ternyata lama disini. Galauu.. Oia perumahan disini sangat berbeda sama di jawa. Disini rumahnya baru dibangun setelah diorder. Kalau di jawa kan rumahnya dibuat dulu baru kemudian dipasarkan. Itulah kenapa ada yang namanya kantor pemasaran.. Well, sementara ini kos dulu aja.

Cerita Jodoh Bu Kabid

Written on 21:58 by Novi Tata

Beberapa waktu yang lalu sesampainya di Kendari, aku bersama teman-teman bermalam di mess kantor provinsi sebelum melanjutkan perjalanan ke kabupaten masing-masing. Kami tinggal di mess selama sekitar 10 hari. Awalnya kupikir mess itu seperti rumah petak, tapi ternyata bukan. Bentuknya lebih mirip rumah. Cukup luas tetapi terlihat kurang terawat. Well dalam tulisan ini aku ga mau cerita soal mess. Ada satu hal yang lebih menarik untuk diceritakan. 

Tetangga depan mess kami adalah Kepala Bidang di kantor provinsi. Berhubung aku mau ke kabupaten, aku berpamitan dulu ke rumah beliau. Ternyata beliau lagi ke luar kota. Di rumah hanya ada istri dan anak-anakya. Istrinya itu orang Jawa, pak kabid asli orang Sulawesi Selatan. Karena udah dididik menjadi seorang statististisi, maka aku suka mewawancarai orang layaknya sedang mendata. Aku iseng lah tanya bagaimana dulu ceritanya bisa ketemu sama bapak. Ternyata ibunya itu menyambut baik pertanyaanku, dia suka bercerita panjang dan lebar. 

Jadi begini ceritanya. Pak kabid adalah teman dari sepupu ibu itu. Pas pernikahan sepupu ibu itu, pak kabid datang kemudian berkenalan sama ibu itu. Mulanya masing-masing dari mereka sudah memiliki calon pasangan hidup. Si ibu itu orangnya cukup tegas sama pacarnya yang dulu sebelum bertemu pak kabid. Dia bilang, siapa pun yang melamar terlebih dahulu akan dipertimbangkan. Ternyata benar, pak kabid tidak lama kemudian langsung melamar ibu itu. *Hmm, cowok sekali* Ga pakai lama-lama untuk memutuskan menikah dengan ibu itu. Ibu itu akhirnya diboyong ke Sulawesi karena memang bapak tugas disini and life hapily ever after.. hihi. 

Dari cerita yang aku tangkap, sebenarnya ga perlu pacaran kelamaan. Cuma akan menghabiskan waktu saja. Buktinya itu, si ibu yang udah pacaran lama dengan pacarnya terdahulu, eh nikahnya sama pak kabid. Pak kabid juga dulu punya pacar perawat (klo ga salah), nikahnya sama ibu itu. Jodoh emang di tangan Tuhan, kalau ga dijemput akan selamanya berada di tangan Tuhan. Mungkin kalimat tersebut terdengar seperti joke tapi itu memang benar adanya. Harus dijemput. Cara menjemputnya bukan dengan pacaran kelamaan, tapi dengan memantaskan diri. *hmmm, lagi agak bener*

Edisi Kangen Rumah

Written on 18:09 by Novi Tata

Hmm jadi single fighter itu enak ga enak. Apalagi di daerah yang benar-benar baru. Bukan tidak bersyukur. Aku merantau ke daerah ini bukan karena keinginanku sendiri, lebih karena tugas negara. Tinggal di kota kecil, teramat kecil memang meiliki sisi-sisi kelebihan maupun kekurangan. Kelebihannya, kita gak perlu diburu-buru sama waktu. Datang ke kantor 10 menit sebelum batas waktu absen, insyaAllah aman karena memang tak ada macet-macetan sama sekali. Berbeda saat dulu magang harus pergi dari rumah setiap senin pagi selepas sholat subuh. Malamnya lagi baru tiba dirumah sekitar jam 7 malam. Semua memang kembali kepada bagaimana cara kita menjalani semuanya. Jika semua dijalani dengan penuh keikhlasan, tidak akan ada rasa lelah.

Bagaimana dengan sisi kekurangan tinggal di daerah? Tentu saja lebih sulit untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan semudah di kota besar. Kalau pun ada, harganya selangit. Mulai sekarang aku catat semua barang-barang yang sekiranya aku perlu beli saat pulang ke Jakarta, haha. Akses informasi relatif sudah baik karena tersedianya sinyal telekomunikasi.

Masalah akses transportasi juga masih tertinggal. Gimana enggak, angkot ga ada kawaaan. Sementara aku selama ini adalah angkoters. Mau nggak mau aku harus bisa mengendarai motor sendiri. Nggak enak juga kalau kemana-kemana harus mengandalkan orang lain. Selain itu memang sebagai koordinator seksi berhak untuk mendapat pinjaman motor dinas. Dengan dibantu teori-teori mengendarai motor oleh para ksk, akhirnyaa bisaa. Jadi kemana-kemana aku sudah bisa meskipun terkadang kagok saat mau belok, saat ada tanjakan, saat mau putar arah, dsb. Nice. Disini aku hidup, disini aku belajar. *Ruang kerja, sembari lihat tanggal2 merah di kalender*


Disini aku nemuin anak kecil yang relatif lucu-lucu, satu anak ibu kos namanya Tasya, satu anak saudaranya ibu kos namanya Syafril dan satu  anak penjaga kantor (kak Anshar) namanya Egi. Ini dia Foto aku sama Egi. Awalnya Egi Lihat ke kamera, tapi kemudian kayaknya dia mikir kenapa orang di sampingnya narsis banget. Hahaa..

Merajut Asa di Lasusua

Written on 00:06 by Novi Tata

Pertama-tama datang di Kolaka Utara yang ibukotanya di Lasusua, sangat terkejut. Ternyata ada sebuah kota kecil di balik gunung-gunung yang kami lalui dalam perjalanan Kendari-Kolaka Utara. Perjalanan yang cukup tidak terbayangkan. Semula kukira jalannya akan datar-datar saja meskipun banyak tikungan tajam. Maklum aku lihat di google maps. Ternyata selain menikung tajam, juga berbukit-bukit. Untuk yang pernah melewati bandung ke arah Jakarta, ya kurang lebih seperti itu. Ada juga tikungan 180 derajat. Otomatis gak bisa tidur di perjalanan.

Papan Nama Kantorku

Bangunan Kantornya masih Prototype Lama

Jalan ke arah kantor DPRD Kolut

Pegunungan Hijau


Sampai di Lasusua kan udah menjelang malam, yang bikin aku merinding, kotanya gelap sekali. Pengen nangis rasanya, seperti anak hilang. Gak lama kemudian aku sadar kalau ini semua adalah tugas, amanah negara, tsaah. Serius. Gak selamanya kok disini, itu yang selalu kutanamkan dalam pikiranku. Satu-satunya hal yang membolehkan pindah tugas ya karena menikah dan mengikuti suami. Semoga niatku menikah nanti bukan semata-mata supaya pindah tugas aja ya.. hoho. Ini adalah waktunya untuk cari pengalaman hidup (dan uang, wkwkkw).