Lasusua Story : Part 1

Written on 07:48 by Novi Tata

Kalau halaman entri blogspot udah terbuka, langsung hilang aja ide-ide yang ada di kepalaku.. *alasan*. Tadi sore setelah magrib aku ke kantor untuk kirim foto hasil sosialisasi ke provinsi. Ternyata kapasitas internet kantor enggak mampu untuk kirim file sebesar 11 MB. Padahal besok harinya si bos pasti nanya, "Udah dikirim novi foto-fotonya?". Hedeh aku mau jawab apa coba. Ternyata koneksi internet kantor itu limited alias berkuota. Kalau kuotanya habis, ya terpaksa kecepatannya diturunkan. 

Pas aku mau pulang ke arah kosan, aku lihat ada warung kopi gitu ada tulisan wifi. Aku mampir dan menanyakan, ternyata memang ada fasilitas wifi. Aku kembali lagi ke kantor untuk mengambil laptopku. Ketika sampai disana, laptopku gak bisa buat browsing. Hoalah kenapa ini, pikirku. Usut punya usut, ternyata kemarin IP address-nya habis aku obrak-abrik. Jadi dia tidak mau terhubung ke internet. Sambil kirim file, maem roti bakar dan teh manis, dan dikerubuti nyamuk.

Sambil chatting sama Diana yang ada di Sukamara sana, ujug-ujug dia bilang bagaimana kalau resign saja setelah menikah nanti. Haha, aku juga maunya begitu, fokus mengurus keluarga. Tapi kendalanya orang tua yang sepertinya akan berat mengijinkan. Mereka mikirnya pasti gini, sudah sekolah tinggi-tinggi untuk apa kalau 'hanya' jadi ibu rumah tangga. Sebagian orang menganggap kalau jadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang remeh, pekerjaan yang mudah dan semua orang bisa. 

Menurutku, jadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat kompleks. Bagaimana tidak, jam kerjanya dari sejak membuka mata hingga tidur kembali. Ya jam kerja seorang ibu rumah tangga sungguh panjang. Belum merasakan sendiri, jadi belum tau bagaimana yang sesungguhnya. Sekali lagi, tolong jangan remehkan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. 

By the way, laki-laki yang baik untuk wanita baik-baik kan yah.. *Mari berbenah diri*. Dimanapun kamu berada, calon imamku, mari kita perbaiki diri. Semoga segala rasa cinta tercurah hanya kepada yang sudah dihalalkan. Aamiin. Galau, kemudian bobok.. :p

Marett... Be Nice..

Written on 22:23 by Novi Tata

Terkadang aku merasa kasihan sama kehidupanku sendiri. Selalu menjadi yang terakhir pulang kantor. Pekerjaanku di kantor terasa begitu melelahkan. Parahnya, tidak ada seorang pun yang mau tau hal itu. Mungkin inilah yang dinamakan dengan tertekan. I need some refreshing for a while. Terkadang saat pikiranku sedang sempit, yang kupikir adalah aku sedang diasingkan demi beberapa lembar uang. Pekerjaan menuntutku banyak hal, waktu, tenaga dan pikiran.

Alangkah nggak bersyukurnya gue kalau masih meratap-ratap atas pekerjaan yang diamanahkan. Heii lihat di luar sana, banyak temen-teman yang sedikit sulit mencari pekerjaan. Ingat kan pas ke jobfair di Senayan? Pengunjungnya membludak.

Jadi biasanya gw menghilangkan rasa suntuk dengan belajar memasak. Enak ga enak ya tetep dimakan wong masakan sendiri, hoho. Masak sayur oseng-oseng, udah tamat. Nah kalau sayur yang pakai santan itu yang keliatannya ribet yah. Oia, harga durian disini lagi murah-murahnya. Di Kolaka Utara ini ternyata banyak banget kebun durian. Pengenn bikin es durian, tapi kalau cuma sendirian kok ya males e.

So, what do you do in weekend? ZzzZzz..... Baca twit, eiits bukan sembarang twit twitnya @CerdasMuslimah yang insyaAllah menguatkan hati-hati yang rapuh. *Eaa. Setelah ini akan aku reblog deh.

Apa Arti Bekerja Menurutmu?

Written on 19:59 by Novi Tata

Bekerja. Kita butuh bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kita tidak mungkin selamanya menggantungkan diri pada orang lain, pada orang tua misalnya yang telah menanggung kebutuhan kita sejak dilahirakn ke dunia. Setelah masa perkuliahan berlalu, kini tiba saatnya lah memasuki dunia kerja dengan segala pernak-perniknya yang semula tidak terbayangkan. 

Bekerja juga berfungsi sebagai sarana aktualisasi diri seseorang. Ilmu yang didapat di dunia kampus, mau tidak mau menuntut untuk diamalkan. Meskipun tidak mutlak harus diamalkan. Namun sebagian besar merasa tabu jika seseorang yang telah menempuh pendidikan yang cukup tinggi, lalu tiba-tiba memutuskan untuk stay dirumah sebagai ibu rumah tangga misalnya. Sebenarnya di dunia ini tidak ada yang benar-benar salah. Bukankah itu memang hak masing-masing orang untuk bekerja atau tidak bekerja? Lain halnya kalau ia berperan sebagai kepala rumah tangga, tentu saja wajib mencari nafkah. Mencari nafkah juga tak selamanya dilakukan dengan bekerja. Misalnya seseorang yang memiliki aset di beberapa tempat, ia hanya menikmati hasilnya saja dirumah. *Haha rare case

Bekerja juga menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Pekerjaan juga menjadi semacam gengsi tersendiri di kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, ketika dua kerabat yang telah lama tidak bertemu kemudian saling bertanya kabar, salah satu pertanyaan yang akan muncul adalah kerja dimana? Seseorang akan merasa berbangga hati jika ia bekerja di perusahaan yang bonafit, ada juga yang begitu bangga saat menyebutkan instansinya, dsb. Sekali lagi tidak salah memang.

Yang tidak kalah pentingnya, kerja itu juga merupakan perwujudan ibadah kepada Allah swt. Bagaimana caranya supaya kerja yang kita lakukan itu bernilai ibadah, yaitu harus tulus dan ikhlas melakukan setiap pekerjaan yang diamanahkan. Tulus ikhlas? Berarti tidak digaji tidak apa-apa dong? Hehee enggak gitu juga. Gaji itu penting :p. Namun yang namanya kerja tidak boleh selalu dikait-kaitkan dengan uang. Misalnya diminta mengerjakan pekerjaan X, mindset kita tidak boleh langsung nanya "Ada uangnya nggak ya?". Kalau udah begitu niscaya hasil kerja kita kurang maksimal karena selalu diukur dengan uang, uang, dan uang. Kerjakan saja dulu sebaik-baiknya, nanti uangnya biar menyusul, hahaa sama aja nggak sih?. Intinya bekerja sebaik mungkin yang kita bisa. Manusiawi kalau kita suka uang. Uang bukanlah segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang.

Penempatan Oh Penempatan

Written on 08:12 by Novi Tata

Sudah dua bulan aku di Lasusua, sebuah kota kecil di ujung utara Sulawesi Tenggara. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk menginjakkan kaki di kota ini. Kalau karena bukan tugas negara, niscaya tidak akan pernah sampai sini. Keluarga besarku sebagian besar tinggal menetap di Pulau Jawa, sebagian kecil lainnya di Pulau Sumatera. 

Semua tergantung bagaimana cara kita memandangnya saja, termasuk penempatan. Kalau sejak awal aku mengganggap penempatan ini adalah sebuah musibah, niscaya aku ga akan pernah tenang dan berpikir keras bagaimana caranya agar lekas pindah dari sini. Namun kalau aku menganggapnya sebagai sebuah anugrah, maka aku akan menjalani setiap penggal kehidupan disini dengan senang hati. Meskipun kehidupan ini tidak pernah menjanjikan untuk selamanya senang. Masalah itu lumrah-lumrah saja mampir dalam hidup kita. 

Semenjak ada di Lasusua ini, terlebih sejak pindah ke kontrakan baru, aku sangat suka memasak. Meskipun hanya sederhana saja. Aku sangat menghindari makan mie instan, aku tidak suka mie instan kecuali dalam keadaan sangat mendesak. Dahulu sewaktu masih tinggal sama orang tua di Jawa, selalu ibu yang membuatkanku masakan. Jadi aku tinggal makan saja. Beda dengan kondisi saat ini, semua harus dipersiapkan sendiri, dari A sampai Z. Dari beli mitan, bahan-bahan memasak, meracik, memasak hingga menyantapnya sendiri, hahaa. 

Aku menyadari bahwa ada banyak teman-teman yang memiliki kondisi yang sama sepertiku. Mereka tersebar di seluruh penjuru negeri ini. Kalau mereka bisa kuat, aku pun bisa. Memang terkadang terasa sangat sepi. Namun itu karena aku belum tergabung dalam organisasi mana pun di Lasusua ini. Selama berada di kota kecil ini, semoga hidupku lebih baik dari hari ke hari. Lebih dekat sama Allah, Al Qur'an dan sunah-sunah nabi Muhammad. Ya banyak hal tentang Islam yang perlu kupelajari.

Mari Perbaiki Diri

Written on 17:26 by Novi Tata

Jodoh adalah cerminan dari diri kita masing-masing. Aku sangat percaya itu. Misalnya sekarang kita suka pacaran, nah jodohnya nanti juga orang yang dulunya suka pacaran. Bisa bayangin nggak kalau suatu saat nanti setelah bersuami (ganteng), tiba-tiba ketemu sama mantan pacar? Deg. Mau tidak mau kenangan saat bersama dia pasti akan terputar kembali secara otomatis di otak kita. Dan kalau suami kita tau apa yang sedang kita pikirkan itu, hmm, pasti cemburu. Kalau saat ini kita suka ngetweet, ya jodohnya juga ga jauh-jauh dari twitter *eh.

Terus, kalau kita bisa menjaga hati untuk calon suami nanti, insyaAllah hal sebaliknya juga sama. Calon suami kita insyaAllah juga sedang berusaha menjaga hatinya. Makanya kalau misalnya kriteria kamu dari calon suami adalah sikap X, maka kamu juga harus melakukan sikap yang sama mulai sekarang.

Awalnya aku mengira bahwa yang dinamakan pacaran itu adalah ketika dua orang saling berjanji dan berkomitmen untuk bersama-sama. Sehingga aku pikir HTS-an, atau TTM-an itu sah-sah saja. HTS-an atau TTM-an bentuknya seperti apa? Ya seperti kemana-mana berdua, sms, telepon, chat, whatsapp, line, de el el. Ternyata itu sama saja kawan. Sama-sama tidak baik untuk dilakukan. Dan untuk kalian para kaum adam, ketahuilah bahwa sesungguhnya hati kami ini sangat rapuh, sehingga dengan sentuhan kecil saja bisa pecah berkeping-keping. Karenanya, jika kalian tidak benar-benar ingin masuk dalam hidup kami, tidak usah datang untuk sekedar singgah. 

Tapi kan sepi kalau ga ada pacar? Emang banyak sekali alasan untuk melanggar perintah-Nya. Ingat kawan, kita sedetik pun tidak pernah sendirian. Allah selalu ada bersama kita, terlebih saat kita mampu untu selalu mengingat-Nya. Selain itu ada keluarga yang lebih pantas mendapatkan cinta kita daripada sosok yang belum dihalalkan itu. Dia bukanlah siapa-siapa kita sebelum akad diucapkan. Kita terlalu indah untuk sekedar jadi tempat persinggahan.

Jadi mulai hari ini, mari menyibukkan diri dengan berbenah diri untuk menjadi wanita shalihah. Karena sebaik-baik perhiasan di dunia bukanlah emas atau pun intan permata, melainkan wanita shalihah. Dan wanita shalihah itu adalah wanita yang pintar masak :p.

Dunia Kerja

Written on 06:37 by Novi Tata

Akhir-akhir ini aku lebih sering mengoceh di twitter. Entah kenapa kalau sudah menuliskan sesuatu di social network itu rasanya lega. Pada akhirnya blog ini pun menjadi terbengkalai, tak terurus, kumal, *ehh. Di tambah rutinitas kantor yang cukup padat karena akan ada hajat besar, Sensus Pertanian (ST) yang diadakan pada tahun-tahun berakhiran angka 3. Aku diberi amanah sebagai penanggung jawab kegiatan pengolahan ST. Amanah yang lumayan berat,, huehe. Semoga bisa menjalankannya dengan sebaik mungkin. 

Di kantor kabupaten memang masih kurang Sumber Daya Manusia (SDM). Jadi kami yang baru datang dari Jakarta langsung diamanahi tugas sebagai pelaksana harian. Mirip-mirip kepala seksi tapi ga ada staf :p. Jadi ya apa-apa dikerjain sendiri juga. Kalau untuk berkarir, memang lebih cepat progressnya di daerah. Hanya saja untuk mencari tempat belanja agak susyah. Baguslah hemat-hemat. 

Hidup disini berasa banget sendirinya. Saat di Jakarta magang kemarin, sendiri juga, tapi satu kosan ada sekitar 7 teman magang. Sekarang, satu rumah petak sendirian. Ada sih mbak-mbak di sebelah rumah, hmm, jeleknya aku ini agak malas main-main kesana kalau tidak ada perlu. Jadi temanku cuma orang-orang di kantor. Padahal membangun jaringan itu penting kan ya? Hmm..

Rencananya aku mau membeli pot dan tanaman untuk ditaruh di depan rumah. Beberapa waktu kemarin aku keliling-keliling mencari penjual tanaman hias, sepertinya tidak ada yang jual. Apa harus bawa dari hutan aja kalau pas turun lapangan nanti? :D. Selain itu, aku juga mau memelihara ikan hias, lagi-lagi aku belum nemu dimana penjual ikan hias. 

Kerja itu gimana rasanya mbak? Enak karena rutin mendapat gaji :p. Namun kalau disuruh memilih ya, aku memilih kuliah terus. Kuliah itu enak, ga monoton seperti kerja. Udah gitu, kerja kalau salah tu dimarahin, kalau bener gak diapa-apain.. haha. :3 

Satu hal yang aku dapatin di dunia kerja, sebaik apa pun kita pasti tetap akan ada orang-orang yang gak suka sama kita. Dan sangat tidak mungkin untuk membuat semua orang senang terhadap keputusan kita. Menjadi bos di kantor sendiri jauh lebih baik daripada menjadi anak buah di kantor besar. Just enjoy the process.

Farewell..

Written on 22:07 by Novi Tata

 Nah jadi ceritanya pas aku mau pergi penempatan ke Sultra, sahabat-sahabatku semasa SMA mengadakan semacem acara farewell. Enggak mewah sih, cuma makan dan ngumpul-ngumpul aja. Dan ternyata pas ketemu, mereka kasih surprise buat aku. So sweet. Aku dikasih selimut pink yang lembut banget. Sekarang selimut itu udah jadi teman tidur disini. Sebenarnya ada lagi seorang teman kami yang nggak bisa datang, dia sedang ada acara lain. Oia temanku yang berbaju pink dalam foto itu, insyaAllah bulan Juni akan menikah. Sedihnya aku gabisa datang ke acara dia. Yang pasti, do'aku akan selalu ada nan untuk kamu. Semoga jadi istri shalihah dan diberkahi keturunan yang shalih. 
Gayanya seperti foto keluarga :p
Gift from Tri
Gift from Nani




Di salah satu kertas ucapan di dalam kado itu, ada kalimat temanku yang bunyinya : "Jangan pernah merasa sendirian.. Ada kita, ada Allah". *Bener banget* Allah akan selalu ada bersama kita.

Bersyukur Bersyukur Bersyukur

Written on 00:15 by Novi Tata

Sekarang hari Minggu, meskipun demikian aku tetap ngantor. Haha, kerajinan? Bukan. Hari ini niatnya ga ke kantor karena badan lagi kurang fit, tapi ada teman dari kabupaten sebelah yang mau pinjam konektor LAN. Jadi akhirnya ngantor juga. Bayangkan kalau di Jakarta, hari Sabtu dan Minggu sepertinya sangat jarang ada orang yang mau sukarela datang ke kantor. Minggu adalah hari dimana para pekerja di Ibukota Jakarta meregangkan otot-otot yang selama lima hari sudah berjuang untuk pulang pergi kantor. 

Lalu apakah maksud dari tulisan aku ini mau bilang lebih enak di daerah atau di Jakarta? Enggak. Semua pilihan pasti ada kosekuensinya masing-masing. Meskipun enggak milih juga sih ada di daerah ini. Tinggal bagaimana cara menikmati semua yang ada di hadapan kita saja. Well, Enjoy the life day by day. Kemarin-kemarin sering banget mengeluh sama temen-temen via sms dan whatsapp kalau disini itu sepii banget. Terus tak pikir lagi kan, apa manfaatnya ya setelah aku bilang begitu sama teman-teman. Hampir ga ada. Mungkin sesaat aku jadi merasa lega, tapi paling banter teman-teman hanya bisa berkata 'oh di daerah memang begitu..bla bla bla'. Jadi mulai sekarang cerita yang menyenangkan saja lah ya, biar membuat orang lain ikut senang juga mendengarnya. 

Anyway, dua orang temanku yang penempatan di Bener Meriah (Aceh) sama Sukamara (Kalteng) ceritanya hampir sama. Kalau yang di BM katanya SPBU ada tapi jauh. Sedangkan di Sukamara malah justru ga ada SPBU. Wohh. Bisa dibayangkan berapa harga bensin eceran disana. Di kabupatenku sendiri, meskipun memang kabupaten terjauh dari ibukota provinsi di Kendari, namun sarana dan prasarana sudah cukup baik. SPBU sudah ada di tiap-tiap kecamatan. Sinyal hape dan internet juga udah bagus alias ga bikin gondok. Sarana transportasi juga lumayanlah, meskipun belum ada angkutan kota. Hihi. 

Kenapa sih aku suka sekali posting tentang daerah baruku? Biar orang-orang yang kesasar di blog ini tau, bahwa ada suatu daerah di ujung utara Sulawesi Tenggara yang patut untuk diperhitungkan,, hahah. Pokoknya Indonesia itu bukan cuma Jakarta. Indonesia itu luaas kawan, rahmat Allah jauh lebih luas. 

Teruntuk kamu calon suamiku dimana pun kamu berada, apalagi kalau kamu baca tulisanku ini *hahah error*, kerja yang rajin ya, jaga kesehatan dan jaga pula hati kamu. Sekarang saatnya untuk memperbaiki diri kita masing-masing.. *Paragraf terakhir ini agak kurang nyambung, maaf yaaa*

Banyak Seafood Disini

Written on 17:30 by Novi Tata

Bismillah. Mau mulai menulis lagi. Satu hari satu tulisan, semoga bisa. Selama penempatan ini lebih sering gak mood nulis. Tahun 2013 ini tinggal menyisakan 11 bulan untuk dilalui. Waktu terkadang terasa begitu cepaat berlalu. Rasa-rasanya baru kemarin aku dan teman-teman dengan bangganya mengenakan seragam putih abu-abu. Sekarang sudah 'terdampar' di tepian pulau Celebes.

Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ndak pantas sekali jika masih ada keluhan keluar dari bibir kita. Atau kalau jaman sekarang, ndak pantas mengeluh lewat media komunikasi apa pun, sms, socnet, dan sebagainya. Satu hal aja sih yang bikin aku sedikit shock disini, ga ada tempat jalan dan jajan2. Memang ada hikmahnya, jadi nggak sering jajan alias hemat banget.

Harga-harga sayur-mayur dan ikan-ikanan relatif sama dengan di pulau Jawa. Beberapa memang sedikit lebih mahal, terutama untuk barang-barang yang didatangkan dari luar kota seperti isi ulang LPG dan Air mineral Bermerk. Kota disini lebih mirip sama kecamatan di pulau Jawa. Sepi lengang gitu deh. Over all, lumayan enak tinggal disini. Meskipun yang namanya kampung halaman rasanya selalu memanggil-manggil untuk kembali. Punya kampung halaman pi? :p

Semenjak disini aku diharuskan suka masak. Gimana enggak, harga makanan matang mahal sekali. Selain mahal, rasanya ga pas sama lidah jawaku. Biasanya orang jawa kalau masak kan ada sedikit menggunakan gula. Enggak heran kalau orang jawa jadi manis-manis, ehehee. Disini aku makan ikan terus setiap hari, lah di pasar emang banyaknya ikan. Ada juga Makanan laut lainnya, seperti udang dan kepiting. Kalau kepiting aku nggak tau gimana cara ngolahnya. Takuut sama capitnya yang guede itu. Udang aku sukaa. Beberapa waktu yang lalu udah download aneka resep masakan berbahan dasar udang. Ok guys tunggu ya hasil masakanku di tulisan-tulisan selanjutnya.. :D

Tinggal dimana? Sama siapa?

Written on 20:24 by Novi Tata

Seminggu 7 kali ke kantor, haha itu aku. Kantor udah berasa rumah sendiri, hmm, di kantor ada koneksi internet, ada AC, sedangkan di kamar kosku enggak. Hehe maklumlah kamar kosku standar banget. Kalau siang panas. Kalau malam dingin, wkwk yaiyalah.

Rencanaku, aku pengen ambil KPR BTN disini. Namun kalau mengingat entah berapa lama disini, jadi galau lagi mau ambil atau enggak. Lama angsuran kpr kan 10 atau 15 tahun. Ibuku kaget pas aku curhat mau beli rumah, dikiranya aku mau menetap disini. Aku langsung buru-buru menepis sangkaan ibu. Hahaa, ya enggaklah bu masa mau menetap disini.

Pertimbanganku mau ambil KPR adalah sebagai investasi. Ya harga rumah dimana-mana ga ada yang menurun dari waktu ke waktu. Yang paling bikin galau adalah berapa lama nanti gue disini. Bukan masalah enak ga enak daerahnya. Disini alhamdulillah nyaman-nyaman saja. Ini masalah perencanaan hidup untuk ke depannya. Di kabupaten terjauh di daratan Sulawesi Tenggara ini, menurut senior-seniorku akan cepat di mutasi ke provinsi. Kabar tersebut tidak bisa dipastikan juga kebenarannya. Kalau misalnya aku ambil rumah, terus tiba-tiba sk mutasi keluar,, huaa harus di over kredit kan berarti. Sebaliknya kalau aku kontrak rumah dan ternyata lama disini. Galauu.. Oia perumahan disini sangat berbeda sama di jawa. Disini rumahnya baru dibangun setelah diorder. Kalau di jawa kan rumahnya dibuat dulu baru kemudian dipasarkan. Itulah kenapa ada yang namanya kantor pemasaran.. Well, sementara ini kos dulu aja.

Cerita Jodoh Bu Kabid

Written on 21:58 by Novi Tata

Beberapa waktu yang lalu sesampainya di Kendari, aku bersama teman-teman bermalam di mess kantor provinsi sebelum melanjutkan perjalanan ke kabupaten masing-masing. Kami tinggal di mess selama sekitar 10 hari. Awalnya kupikir mess itu seperti rumah petak, tapi ternyata bukan. Bentuknya lebih mirip rumah. Cukup luas tetapi terlihat kurang terawat. Well dalam tulisan ini aku ga mau cerita soal mess. Ada satu hal yang lebih menarik untuk diceritakan. 

Tetangga depan mess kami adalah Kepala Bidang di kantor provinsi. Berhubung aku mau ke kabupaten, aku berpamitan dulu ke rumah beliau. Ternyata beliau lagi ke luar kota. Di rumah hanya ada istri dan anak-anakya. Istrinya itu orang Jawa, pak kabid asli orang Sulawesi Selatan. Karena udah dididik menjadi seorang statististisi, maka aku suka mewawancarai orang layaknya sedang mendata. Aku iseng lah tanya bagaimana dulu ceritanya bisa ketemu sama bapak. Ternyata ibunya itu menyambut baik pertanyaanku, dia suka bercerita panjang dan lebar. 

Jadi begini ceritanya. Pak kabid adalah teman dari sepupu ibu itu. Pas pernikahan sepupu ibu itu, pak kabid datang kemudian berkenalan sama ibu itu. Mulanya masing-masing dari mereka sudah memiliki calon pasangan hidup. Si ibu itu orangnya cukup tegas sama pacarnya yang dulu sebelum bertemu pak kabid. Dia bilang, siapa pun yang melamar terlebih dahulu akan dipertimbangkan. Ternyata benar, pak kabid tidak lama kemudian langsung melamar ibu itu. *Hmm, cowok sekali* Ga pakai lama-lama untuk memutuskan menikah dengan ibu itu. Ibu itu akhirnya diboyong ke Sulawesi karena memang bapak tugas disini and life hapily ever after.. hihi. 

Dari cerita yang aku tangkap, sebenarnya ga perlu pacaran kelamaan. Cuma akan menghabiskan waktu saja. Buktinya itu, si ibu yang udah pacaran lama dengan pacarnya terdahulu, eh nikahnya sama pak kabid. Pak kabid juga dulu punya pacar perawat (klo ga salah), nikahnya sama ibu itu. Jodoh emang di tangan Tuhan, kalau ga dijemput akan selamanya berada di tangan Tuhan. Mungkin kalimat tersebut terdengar seperti joke tapi itu memang benar adanya. Harus dijemput. Cara menjemputnya bukan dengan pacaran kelamaan, tapi dengan memantaskan diri. *hmmm, lagi agak bener*

Edisi Kangen Rumah

Written on 18:09 by Novi Tata

Hmm jadi single fighter itu enak ga enak. Apalagi di daerah yang benar-benar baru. Bukan tidak bersyukur. Aku merantau ke daerah ini bukan karena keinginanku sendiri, lebih karena tugas negara. Tinggal di kota kecil, teramat kecil memang meiliki sisi-sisi kelebihan maupun kekurangan. Kelebihannya, kita gak perlu diburu-buru sama waktu. Datang ke kantor 10 menit sebelum batas waktu absen, insyaAllah aman karena memang tak ada macet-macetan sama sekali. Berbeda saat dulu magang harus pergi dari rumah setiap senin pagi selepas sholat subuh. Malamnya lagi baru tiba dirumah sekitar jam 7 malam. Semua memang kembali kepada bagaimana cara kita menjalani semuanya. Jika semua dijalani dengan penuh keikhlasan, tidak akan ada rasa lelah.

Bagaimana dengan sisi kekurangan tinggal di daerah? Tentu saja lebih sulit untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan semudah di kota besar. Kalau pun ada, harganya selangit. Mulai sekarang aku catat semua barang-barang yang sekiranya aku perlu beli saat pulang ke Jakarta, haha. Akses informasi relatif sudah baik karena tersedianya sinyal telekomunikasi.

Masalah akses transportasi juga masih tertinggal. Gimana enggak, angkot ga ada kawaaan. Sementara aku selama ini adalah angkoters. Mau nggak mau aku harus bisa mengendarai motor sendiri. Nggak enak juga kalau kemana-kemana harus mengandalkan orang lain. Selain itu memang sebagai koordinator seksi berhak untuk mendapat pinjaman motor dinas. Dengan dibantu teori-teori mengendarai motor oleh para ksk, akhirnyaa bisaa. Jadi kemana-kemana aku sudah bisa meskipun terkadang kagok saat mau belok, saat ada tanjakan, saat mau putar arah, dsb. Nice. Disini aku hidup, disini aku belajar. *Ruang kerja, sembari lihat tanggal2 merah di kalender*


Disini aku nemuin anak kecil yang relatif lucu-lucu, satu anak ibu kos namanya Tasya, satu anak saudaranya ibu kos namanya Syafril dan satu  anak penjaga kantor (kak Anshar) namanya Egi. Ini dia Foto aku sama Egi. Awalnya Egi Lihat ke kamera, tapi kemudian kayaknya dia mikir kenapa orang di sampingnya narsis banget. Hahaa..

Merajut Asa di Lasusua

Written on 00:06 by Novi Tata

Pertama-tama datang di Kolaka Utara yang ibukotanya di Lasusua, sangat terkejut. Ternyata ada sebuah kota kecil di balik gunung-gunung yang kami lalui dalam perjalanan Kendari-Kolaka Utara. Perjalanan yang cukup tidak terbayangkan. Semula kukira jalannya akan datar-datar saja meskipun banyak tikungan tajam. Maklum aku lihat di google maps. Ternyata selain menikung tajam, juga berbukit-bukit. Untuk yang pernah melewati bandung ke arah Jakarta, ya kurang lebih seperti itu. Ada juga tikungan 180 derajat. Otomatis gak bisa tidur di perjalanan.

Papan Nama Kantorku

Bangunan Kantornya masih Prototype Lama

Jalan ke arah kantor DPRD Kolut

Pegunungan Hijau


Sampai di Lasusua kan udah menjelang malam, yang bikin aku merinding, kotanya gelap sekali. Pengen nangis rasanya, seperti anak hilang. Gak lama kemudian aku sadar kalau ini semua adalah tugas, amanah negara, tsaah. Serius. Gak selamanya kok disini, itu yang selalu kutanamkan dalam pikiranku. Satu-satunya hal yang membolehkan pindah tugas ya karena menikah dan mengikuti suami. Semoga niatku menikah nanti bukan semata-mata supaya pindah tugas aja ya.. hoho. Ini adalah waktunya untuk cari pengalaman hidup (dan uang, wkwkkw).