Kebaya Wisuda

Written on 15:21 by Novi Tata

Alhamdulillah. tinggal minta tanda tangan pak pembimbing nih. aa harus beres2 dulu nih semua biar hari senin bisa langsung print out all draft. Harus kelar hari senin.. Emm btw kemarin aku sudah cari kebaya di pusat grosir tanah abang, dan hasilnya kebaya payet hijau lumutlah yang insyaAllah akan menemani hari wisuda nanti.

Ahh tp wisuda kan hanya acara seremonial yak, jd biasa aja pi, ga usah heboh gitu deh. :p semangaat pii, dimanapun dan kapanpun

Mengejar Tanda Tangan

Written on 23:19 by Novi Tata

Hahh.. pa Fir dah kasih tanda tangann, aaaa ini so sweet. Alhamdulillah ya semua terasa begitu dimudahkan oleh Allah. Aku yakin, ini semua berkat do'a ibu. Satu lagi ni yang belum, minta tanda tangan ke pak Anang. Sekarang ni beliau ada di bawah sana sedang menjadi juri untuk acara persembahan HIMADA (Himpunan Mahasiswa Daerah) di kampus ini. Kemarin sih beliau bilang, mungkin acaranya kan selesai sekitar jam 1. Huhu tapi ini kan udah jam 1 lebih. Bagi kami mahasiswa/mahasiswi tingkat akhir, menunggu itu jadi hal yang sangat biasa. 

FlashBack

Written on 11:15 by Novi Tata

Draft skripsi masih perlu untuk diperiksa nih, he tapi lagi semangat untuk nulis. Sore tadi tepatnya habis isya saya mampir ke kosan temen. Sharing-sharing tentang perjuangan skripsi kita yang terasa rumit namun banyak hal dan kisah yang menarik untuk diceritakan. Mulai dari hal-hal lucu dan menyenangkan, hingga hal-hal yang menimbulkan derai air mata.. Mulai dari seminarku yang ampun-ampunan... sampai sidang juga akhirnya.

Mungkin Anda yang membaca tulisan ini menilai saya begitu lebay, halah wong cuma sidang. Eiiitts tunggu tunggu.. Awalnya saya masuk jurusan ini (Komputasi Statistik) bukan karena niat dan kemauan pribadi. Saya diarahkan oleh pihak jurusan. Tahun-tahun awal di jurusan ini memang cukup terasa berat buat saya yang awam sama dunia perkomputeran. Jadilah saya mahasiswi yang kerjaannya cuma datang ke kampus, dengerin dosen bicara, lalu pulang ke kosan. Hmm saya merasa betapa sia-sia hidup saya kala itu. Terlebih bayangan kampus yang saya idamkan selalu menggelayut di pikiran. Andai setiap hari saya dapat bermain dengan rumus-rumus Matematika, mengintegralkan dan mendifferensialkannya. Uh. Begitu kira-kira gumamku kala itu.

Ternyata pikiran-pikiran saya itu salah besar. Justru disinilah tempat terbaik buat saya. Ketakutan-ketakutan saya mengenai pemrograman dapat teratasi dengan baik. Allah memang punya rencana, dan saya yakin rencana-Nya begitu indah. Lebih indah daripada rencana-rencana yang manusia buat. Bagaimana tidak, skripsi saya ini buktinya.

Masa pencarian topik skripsi
Mencari topik penelitian ternyata tak semudah yang dibayangkan. Saat teman-teman lain sudah memperoleh topik skripsi, saya masih terus mondar-mandir BPS (Badan Pusat Statistik). BPS itu instansi dimana saya akan mengabdi selepas lulus nanti jika tak ada aral melintang. Kembali ke cari topik, kira-kira empat atau lima proposal penelitian saya ajukan ke jurusan hingga akhirnya diterima. Memang sih sebelumnya sudah ada judul yang disetujui tapi justru saya mengundurkan diri karena kurang 'srek'. Berkali-kali ke BPS mendatangi subdirektorat2 yang ada disana, menanyakan sistem kerja mereka. Mengidentifikasi apakah ada pekerjaan manual yang bisa diotomatisasi. Huhh lelah memang. Bertemu dengan orang-orang yang paling ramah hingga yang paling galak.

Singkat kata singkat cerita, hati ini menuntun kaki saya ke Gedung 4 Lantai 5 dari lift ke arah kiri. Dengan clingak-clinguk gag jelas tapi sok pede, saya masuk ruangan yang di depannya terpampang Subdirektorat Statistik Kehutanan. Hutan? Pas banget bu Kasubditnya ada, perempuan cantik separuh baya yang masih terlihat ayu. Aku pun mulai tanya-tanya layaknya pengembang sistem yang udah punya jam terbang, hhaha. Alhamdulillah ibunya percaya aja sama saya, padahal waktu itu saya merasa abstraaak banget sama apa yang saya bicarakan. Pokonya ga kebayang deh saya mau buat sistem macam apa. Bahasa pemrograman pun baru aja mau belajar.. Huaa.. Untung aja ibunya ga bisa dengar hatiku yang membatin ga karuan saat itu.

Satwaliar, itu nama survei yang ada disana. Kenapa namanya seekstrem itu saya juga tak tau. Bu kasubdit kemudian memanggil pria setengah baya yang ramah dan sangat baik. Pak Riko namanya. Sungguh welcome banget. Beliau langsung antusias sama apa yang aku tawarkan utuk survei satwaliar. Padahal, lagi-lagi itu semua masih abstrak banget.

Hari-hari berikutnya saya konsultasinya sama pak Riko, dengan segala kesabarannya. Padahal saya sering datang tiba-tiba saat beliau sibuk sama pekerjaannya. Selalu saja beliau menyediakan waktu buat saya. Bahkan beberapa kali dipinjami buku, diberi buku pedoman, di print-kan. Saya banyak berhutang kebaikan sama beliau. Pertolongan Allah sungguh dekat, contohnya melalui pak Riko ini. Semoga Allah merahmatinya.

Masuk tahap koding, huaaa.. I was stressed. Benar-benar stres. Untunglah Handita, teman seangkatan yang pintar nan baik hati itu bersedia menolong. Ada Trias yang membantu membuat laporan. Mereka adalah bentuk pertolongan Allah. Dita Pertiwi yang telah menyokong secara finansial. Ulfah dengan printer, kemeja, dan jilbab putihnya. Monik dengan sumbangan kertasnya. And many more.

Seminarpun dan sidangpun telah usai.. dan satu yang dinanti -wisuda- Semoga

Sepenggal Do'a Setelah Sidang

Written on 11:09 by Novi Tata

Ya Allah, entah kenapa hari ini aku merasa tenang dan damai. Semua yang Engkau berikan memang yang terbaik. Apapun itu... meskipun saat menjalaninya terasa amat sulit. Alangkah beruntungnya saya, ditengah jutaan orang berebut untuk mendapatkan NIP (Nomor Induk Pegawai), sementara saya diberikan begitu banyak kemudahan. Di tengah mahalnya biaya pendidikan khususnya perguruan tinggi di negeri ini, saya justru diberikan kesempatan secara cuma-cuma untuk menimba ilmu di bangku perguruan tinggi.

Alangkah kufurnya saya, jika terus meratapi fisik yang terlahir sempurna, meskipun cantik adalah suatu keniscayaan... Di tengah jutaan orang yang dilahirkan secara kurang sempurna. Ditengah sulitnya perjuangan untuk lulus dari kampus biru ini, saya masih diberi banyaaak sekali pintu kemudahan. Saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpa pertolongan-Nya.

Ya Allah, aku ingin ibuku sehat.. tolong beri aku kesempatan ya Allah untuk membahagiakannya. Ijinkan hamba menyaksikan senyum bahagianya di hari wisuda beberapa minggu yang akan datang. Biarkan senyum itu tersungging diwajahnya, air mata meleleh di pipinya serta rasa bangga bersemayam di dadanya. Ya Allah, aku mohon. Tak ada yang dapat saya berikan selain prestasi kecil itu. Tentu saja do'a tak akan lengkap tanpa adanya usaha. Seperti memupuki tanah yang tidak ditanami apapun.. Oke mari revisi dulu..