Teruslah Merokok

Written on 21:04 by Novi Tata


Judul di atas aneh kagak? Haha, itu belum selesai kalimatnya. Teruslah merokok kalau mau mati lebih cepat, kalau mau uangmu habis lebih cepat, kalau mau terlihat lebih cepat tua (udah ada riset belum ya tentang penuaan dini akibat rokok?), dsb. Hari ini 31 Mei katanya adalah hari anti rokok sedunia. Bukan berarti 364 hari lainnya bebas merokok di sembarang tempat kan?

Rokok. Siapa yang gak kenal sama rokok. Sebuah benda yang banyak menimbulkan kontroversi. Rokok emang bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi rokok menimbulkan efek buruk untuk kesehatan perokoknya maupun orang yang menghisap asap rokoknya atau yang lebih dikenal dengan perokok pasif. Namun kita tidak bisa menutup mata bahwa rokok juga punya efek yang positif untuk kegiatan ekonomi. Coba lihat deh karyawan-karyawan di pabrik rokok. Sebagian besar dari mereka kan masyarakat menengah ke bawah yang notabene bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka, kebutuhan hidup keluarga mereka. Terus lihat lagi ke warung-warung kecil penjaja rokok, mereka juga mencari rupiah demi rupiah dari sebatang rokok. Bapak-bapak penjaja rokok di kereta api itu juga mencari rejeki melalui rokok. Rokok memang salah satu problematika yang cukup pelik. 

Gue sendiri agak gimana-gimana gitu kalau lihat laki-laki perokok. Kesannya ga sayang sama dirinya sendiri. Bagaimana mau menyayangi istri dan keluarganya kelak? #eaaa. Ini serius. Katanya rokok kan ga baik ya buat paru-paru, itu katanya sih, gue juga belum pernah membuktikan pernyataan itu. Sejauh ini yang gue tau, kalau orang yang merokok itu sering batuk-batuk dan terlihat tidak bugar. Menurut pengamatan gue sih begitu. 

So untuk kalian para laki-laki, lebih baik jangan merokok deh karena kadar kekerenan kalian bisa berkurang di mata kami. Meskipun kami tau, mencintai seseorang harus apa adanya. Namun merokok adalah hal yang masih bisa diusahakan untuk berhenti. Ya sangat susah memang katanya kalau sudah terlanjur menjadi perokok. Tapi kami yakin, sangat yakin kalau kalian bisa. 

Buat kalian yang belum pernah merokok, lebih baik jangan. Jangan sekali-kali menganggap kalau merokok itu membuat diri kalian menjadi lebih keren. Akan lebih keren kalau uang yang akan dibelikan rokok itu diberikan untuk orang-orang yang butuh, itu keren banget. Atau uang itu ditabung untuk sekolah lagi ke jenjang yang lebih tinggi, kereen bangett. Semua keputusan ada di tangan dan hati kalian, gue sih cuma berpendapat dan memberi saran saja.

Ironi Supermarket

Written on 19:38 by Novi Tata

Gue emang sangat to the point dalam mengutarakan sesuatu, istilah orang betawi mah terlalu blak-blakan. Termasuk dalam hal menulis, gue ga bisa nulis kayak sastra yang indah-indah dan muter-muter padahal maksudnya ya itu-itu juga. Setiap orang memang punya gaya bicara dan gaya penulisan sendiri. 

Pagi ini gue mau cerita tentang ironi super market (SM). Jaman sekarang, SM udah kayak jamur di musim hujan. Ada di seluruh penjuru Jakarta. Biasanya orang akan merasa lebih nyaman untuk belanja di SM daripada di pasar tradisional. Di SM, memang dirancang tempat yang lebih bersih, berpendingin ruangan, dan terkadang diiringi dengan musik-musik yang membuat orang betah untuk berlama-lama. Terkadang hal itu membuat kita lupa akan barang-barang yang benar-benar kita butuhkan. Sehingga keranjang belanjaan kita dipenuhi dengan barang-barang yang tidak diperlukan, hanya sekedar diinginkan. Disinilah kemampuan kita untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan diuji. 

Untuk mengantisipasi hal itu terjadi, sekedar tips dari gue, 
  1. bawa catatan daftar belanjaan yang akan dibeli. Mungkin emang gak seratus persen bakal sesuai sama daftar itu, tapi paling gak ya ga meleset jauh dari anggaran belanja kita. 
  2. jangan tergoda sama iming-iming diskon. Misalnya beli 2 dapet 3 item. Mungkin memang menarik yah, tapi kalau butuhnya cuma satu ngapain beli 3? Berarti kalau ada diskon pura-pura ga liat aja yah, wkkwk. 
  3. fokus. sebelum dapet barang-barang yang ada dalam list belanjaan, jangan liat-liat barang lain dulu. Kalau semua barang-barang yang lo cari udah dapet, baru bolehlah liat-liat yang lain. hhe.
Sebagai wanita gue juga memahami kalau yang namanya belanja dan diskon dalah dua hal yang menyenangkan. Lelah-lelah seperti apapun, kalau namanya belanja tetep hayuk aja.Bagaimanapun kita harus mampu mengelola uang yang ada ditangan kita agar bisa didayagunakan semaksimal mungkin.

Share dari FB

Written on 16:36 by Novi Tata





Semoga Bermanfaat :)

Lihat Mereka..

Written on 05:34 by Novi Tata

Semuanya mungkin saja terasa tidak adil. Namun tidak adil bagi siapa? Kalau membandingkan diri dengan orang yang lebih beruntung, tentu aja jadi merasa di pihak yang tidak beruntung. Namun ayolah pikir sekali lagi bagaimana dengan orang-orang yang tidurnya beratap langit. Orang-orang tersebut bisa ditemukan dengan begitu mudahnya. Susuri saja jalan beberapa meter, langsung bisa ditemui orang yang tak pernah punya rumah. Tak pernah merasakan bagaimana indahnya tidur di dalam kamar yang hangat, di atas kasur yang empuk. Mungkin menurut Anda ini berlebihan. Kenyataannya memang seperti itu, nyata. Aku menyaksikan sendiri sepulang mengajar beberapa hari yang lalu. Tepat di depan stasiun Kemayoran terdapat sepasang kakek nenek yang hidup di bawah pohon dengan beralaskan kayu seadanya. 

19 Mei 2012 Stasiun Tigaraksa, Tangerang 

Di siang yang terik itu aku sudah berada di sebuah stasiun kecil relatif dekat dengan rumahku.Aku mau kembali ke kosan karena esok hari ada pekerjaan yang harus dilakukan. Langit tigaraksa siang itu tak begitu terik, tak pula mendung. Seluruh kursi stasiun sudah terisi oleh para calon penumpang yang akan menuju Jakarta. Terlihat dua orang perempuan muda duduk di sisi rel kereta api. Aku kemudian bergabung dengan mereka. Dengan jarak sekitar satu meter, kami mengobrol ringan. Dari obrolan kami yang singkat itu kuketahui bahwa mereka berdua adalah buruh di pabrik plastik di wilayah Balaraja. Menurut pengakuan mereka, mereka mendapat bayaran dua puluh lima ribu rupiah per harinya untuk melakukan pekerjaan yang cukup berat. "Saya sudah capek mbak", kata salah seorang diantara mereka. Hak yang mereka terima sangat tidak sepadan dengan usaha yang mereka lakukan. Lebih dari itu, terkadang ada gaji yang dihutang. Misalnya harusnya mereka menerima 350 ribu rupiah, mereka hanya terima 300 ribu saja. Saya yakin banyak orang yang bernasib sama seperti mereka. Hanya saja mereka tidak tahu harus mengadu kemana. Gaji mereka sangat jauh di bawah upah minimum regional (UMR) Kabupaten Tangerang. Kenapa sih masih terus ada kasus-kasus seperti itu. Dimana ya peran pemerintah untuk memperjuangkan nasib rakyatnya. Dalam kasus seperti ini, tentu saja kaum kapitalis yang menang. Mereka menggunakan tenaga buruh tapi tidak mau membayar dengan semestinya. Pihak buruh pun tidak mampu berbuat banyak karena desakan ekonomi dan ketrampilan yang minim. Semoga pemerintah lebih mengerti nasib orang-orang seperti mereka. Hmm, harapan yang masih terasa sulit untuk terwujud.

Jakarta memang unik. Di Jakarta, semua lapisan masyarakat ada. Dari yang paling bawah sampai yang paling atas. Jakarta memang menjanjikan kemapanan, tidak untuk semua orang, melainkan hanya untuk orang-orang yang mau berusaha dan bekerja keras. Jadi, gak selamanya Jakarta itu lebih kejam dari ibu tiri. Eh siapa bilang ibu tiri kejam? Huee tergantung orangnya lah.