Written on 14:34 by Novi Tata
Alhamdulillah ketemu lagi sama bulan Ramadhan,.. bulan yang setiap amal perbuatan akan diberi pahala yang berlipat ganda. Wah berarti pahala mengerjakan skripsi juga berlipat ganda donk, hahaha,.. semoga, biar lancar n lulus sidang ya Allah, aamiin.
Semangaat pii..
Posted in
kotrat kotret
|
Written on 11:02 by Novi Tata
Seminar, kata yang tidak asing bagi mahasiswa tingkat akhir sebagai prasyarat mengikuti sidang skripsi. Hari ini hari seminar saya. Jam 7 pagi saya sudah stand by di depan ruang jurusan karena sebelumnya sudah make an appointment sama dosem pembimbing. Tapi what a shock day is it,, di hari seminar yang notabene sudah mendekati hari sidang, beliau meminta saya untuk menambahkan fungsi baru dalam aplikasi yang saya bangun. Well, saya tau itu untuk perubahan yang lebih baik. Hah, mana saya dikatai stubborn,, heuu..
Teman curhat juga tak bisa hadir. Dia lebih memilih menghadiri seminar teman lainnya dengan alasan yang 'aneh'. Satu lagi teman yang saya rasa dekat, teman sepermainan kalau ada kelas kosong, dia juga tidak hadir tanpa alasan apapun. Ah banyak teman yang saya mengharap kehadirannya namun nyatanya tak menampakkan batang hidungnya sekalipun. Huh hari ini benar-benar saya lalui dengan miserable. Sangat miserable. Kalo saja bisa, saya ingin menghilang ke benua Antartika saat itu juga.Well, sebagai pelajaran untuk lebih bijaksana, saya terus mengademkan diri dengan berprasangka baik sama teman-teman saya itu. Pasti ada kegiatan lain yang dinilai lebih urgent, pasti. Ah saya merasa menjadi orang tersisihkan, marjinal atau apalah sebutan lainnya. But, the life must go on.. chayoo :)
Posted in
kampus
|
Written on 11:59 by Novi Tata
Laju perkembangan teknologi semakin tak dapat dihentikan. Jarak ribuan kilometer kini sudah bukan menjadi masalah lagi untuk tetap berkomunikasi. Sewaktu saya SD, saya ingat betul betapa repotnya saat kita akan berkirim kabar dengan sanak saudara yang terpisah jarak. First, we have to go to the post office, then we've to buy a stamp , envelope then put it into post box. Stelah itu apakah selesai? Belum, masih butuh waktu lagi agar surat yang dikirim sampai di tangan penerima. Betapa repotnya saat itu.
Sekarang? Mau bilang sesuatu sama pujaan hati yang ada di seberang sana, tinggal ambil handphone, pencet nomornya then bercakap-cakap atau bisa juga melalui SMS (Short Message Text). Telepon jarak jauh masih dirasa mahal? Internetlah solusinya. Internet merupakan teknologi yang tidak mengenal batasan wilayah. We can communicate with other people around the world. Saat kita ada disini dan seseorang ada di benua lain, bisa terus menjalin komunikasi dengan biaya yang relatif terjangkau. Salah satunya dengan jejaring sosial yang cukup banyak jumlahnya. Ada Facebook, Twitter, YM, Plurk, MySpace, AIM, dan masih banyak lagi.
Di jaman sekarang ini, bahkan ada orang yang tidak bisa 'hidup' tanpa kehidupan di dunia maya tersebut. Jadi seperti ketergantungan pada jejaring sosial yang sebenarya hanyalah sebuah tools. Tak salah memang berkecimpung di dunia maya, tapi kalau porsinya sudah melebihi waktu-waktu untuk melakukan pekerjaan utama, saya rasa sudah ada yang tidak benar.
Sebagai contoh, ada orang yang mengupdate statusnya yang bunyinya hanya "lapar..". Pertanyaannya apakah lantas lapar tersebut akan menghilang kalau dia update di facebook? Atau dengan segera saat itu juga ada orang baik yang mau mengantarkan makanan kepada si penulis status? Yang datang pasti hanya komentar-komentar yang tidak banyak membantu, apalagi komentar yang justru cenderung mengejek. Bagaimanapun tak bisa menyalahkan teknologi, karena sekali lagi ia hanya tools untuk mencapai tujuan tertentu. Yang menjadi masalah adalah bagaimana cara kita memperlakukannya. Kalau kita jadi ketergantungan terhadap jejaring sosial yang setiap menit mengecek apakah ada yang memberi komentar, apakah ada yang mengirim sesuatu ke wall, dan apakah apakah lainnya. Jika sudah demikian, kita perlu waspada. Ingat, kita adalah subjek, bukan objek teknologi. :)
|
Written on 11:17 by Novi Tata
Jum'at lalu tepat pertemuan/konsultasi ke sepuluh dengan dosen pembimbing. Itu artinya, saya sudah berhak untuk melakukan seminar skripsi saya. Hari itu, saya tentu saya merasa senang karena saya sudah mendapat lampu hijau untuk melakukan seminar, namun sekaligus sedih karena fungsi utama dari aplikasi yang saya kembangkan belum tuntas juga. Ini artinya, saya harus bekerja ekstra keras agar fungsi utama bisa saya demokan pada seminar nanti.
Besok, jadwal foto kelas untuk kelas kami yang bertempat di sebuah kafe di bilangan Sudirman. Tadi siang, saya mencari kostum yang akan dikenakan besok... Sebenarnya saya mencari pakaian berwarna biru muda, biru soft. Ternyata gak semudah yang saya bayangkan. Berkeling sana sini mencari yang cocok. Saya hampir putus asa. Untungnya di saat hampir putus asa mencari pakaian berwarna biru muda, saya menemukannya. Setelah didekati, saya agak ragu apakah itu benar-benar biru muda? Soalnya itu kan di dalam ruangan yang penuh dengan cahaya lampu. Saya beberapa kali menanyakan sama penjaga tokonya apakah baju itu benar-benar berwarna biru muda. Penjaga toko menyatakan iya saja, maklumlah kalau dia bilang tidak, nanti saya gag mau beli. Secara warna memang saya lebih sreg dengan toko yang sebelumnya, namun sayangnya saya tidak suka modelnya karena terlaku ketat jika saya kenakan. Akhirnya saya memilih untuk membeli baju di toko yang kedua yang warnanya saya masih agak ragu.
Ketika perjalanan pulang, saya terus mengintip warna baju yang saya beli dari plastik pembungkusnya, hanya untuk memastikan, ini memang biru muda. Ya ini biru muda. Namun sampai dirumah saya tanyakan sama ibu, menurut mama ini warna apa? mama: hijau, masak gak ngerti sama warna sih, haduuuh.. saya coba liat sekali lagi, oh iya ini lebih cenderung ke hijau. Saya masih penasaran warna apa ini hingga saya browsing tentang warna. Ternyata baju yang saya beli adalah warna hijau tosca, hijau yang agak kebiruan,.. Huaaa,, bagaimana ini besok. Apakah saya harus memeriksakan mata ke dokter? Ini memalukan.. :'(
Posted in
kotrat kotret
|
Written on 10:55 by Novi Tata
Kamis kemarin adalah hari yang cukup berbeda menurutku. Pertama-tama, di pagi hari memang ada jadwal untuk melakukan presentasi tugas Rekayasa Piranti Lunak yang sudah diberikan sejak seminggu yang lalu. Jadwal kampus kami masuk jam setengah delpan pagi untuk sesi pertama. Namun karena habis mengerjakan slide presentasi yang dikebut hanya semalaman, walhasil saya bangun kesiangan. Dan barulah sampai kelas sektar pukul delapan. Dengan berbagai pertimbangan, misalnya 'ah bapaknya juga suka telat', saya masuk kelas tanpa rasa berdosa. Sampai di kelas, ternyata bapaknya sudah stand by di posisinya. Tiga puluh menit, waktu yang lumayan lama untuk keterlambatan. Si Bowo dengan nada seperti bercanda, "Heh, kamu presentasi...". Ahh si Bowo kan emang suka bercanda dalam hatiku berkata demikian.
Pas lihat ke papan tuliiiiss,, right, itu nama saya ada diurutaan pertama. Lalu apa mereka belum mulai gara-gara menunggu penyaji pertama (saya) datang? Hah? Kalo benar demikian, saya merasa lebih bersalah. Well, dengan bekal hasil belajar semalaman suntuk saya siap jadi penyaji pertama. Saya menunggu bapaknya untuk mempersilakan. Tapi tiba-tiba bapaknya mengemasi laptop dan alat tulisnya kemudian bertanya kepada kami sekelas... "Kalian serius gag sih sama tugas akhir ini???" Nah lo ternyata bapaknya marah atas kelakuan kami. Kami tidak memenuhi kesepakatan awal bahwa seharusnya presentasi dari 15 kelompok dimulai sejak pukul setengah delapan pagi. Sedangkan banyak diantara kami yang datang sekitar pukul delapan. Bahkan ada teman saya yang tidak sempat absen karena absen sidik jarinya keburu sudah dimatikan sama bapaknya. Well, kami salah.
Sang ketua mengajak saya dan dua orang teman lainnya untuk menyusul bapaknya. Sampai di ruangan bapaknya, beliau terlihat sangat sangat sangat kecewa. Saat itu entah kenapa saya bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh bapaknya. Saya pun akan sangat kecewa bial saya jadi bapaknya. Di sana saya tak mampu berbicara sepatah katapun, karena saya mengakui bahwa saya salah. Saya tak mau mencari-cari alasan untuk membenarkan kesalahan yang telah saya lakukan. Beda sama ketua kelas, dia bilang kenapa kita banyak yang telat hadir ke kelas karena semalaman mengerjakan tugas tersebut hingga bangun kesiangan. Faktanya memang banyak diantara kita yang baru mengerjakan malam itu, termasuk juga saya. Namun saya rasa itu sangat gak tepat untuk dijadikan alasan. Tugas itu kan sudah diberikan jauh hari sebelumnya, satu minggu. Dalam satu minggu ada 7 hari, jika tugas dikerjakan selama satu malam saja, lantas bagaimana dengan yang 6 hari lainnya.
Saya sendiri memang mengakui bahwa itu penyakit saya juga, suka menunda tugas hingga deadline tiba. Akhirnya ya seperti itu berantakan jadinya. Oia bapak dosen yang aku ceritakan tadi memang lulusan Jepang yang notabene adalah negara yang disiplin. Beliau sekolah disana kalau ga alah sekitar sepuluh tahun.
Setelah peristiwa minta maaf dan membujuk bapaknya agar mau kembali ke kelas, presentasi pun bisa dimulai meskipun terbatas dengan waktu. Saya rasa bapaknya ingin memberi kita pelajaran yang sangat berharga, menurutku itu sangat sangat berharga. Alhamdulillah presentasiku cukup lancar. :D
Oia di sela-sela presentasi berjalan, aku melihat ada suatu fenomena yang cukup berbeda di kelas. Biasanya di kelas kami terbentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih suka menggerombol. Fenomena penggerombolan sudah terlihat sejak kami tingkat 2. Saya tidak suka penggerombolan (biasanya terdiri atas 2 sampai 4 orang), atau mungkin saya hanya iri saja ya? entahlah. Fenomena duduk bergerombol dengan orang yang itu-itu saja pernah saya wacanakan denga teman, dan kami sepakat bahwa dudduk bergerombol adalah kata lain dari tidak mau dekat dengan teman selain gerombolannya.. wallahu'alam.
Posted in
kampus
|