Di Sudut Kelas Kami
Written on 10:55 by Novi Tata
Kamis kemarin adalah hari yang cukup berbeda menurutku. Pertama-tama, di pagi hari memang ada jadwal untuk melakukan presentasi tugas Rekayasa Piranti Lunak yang sudah diberikan sejak seminggu yang lalu. Jadwal kampus kami masuk jam setengah delpan pagi untuk sesi pertama. Namun karena habis mengerjakan slide presentasi yang dikebut hanya semalaman, walhasil saya bangun kesiangan. Dan barulah sampai kelas sektar pukul delapan. Dengan berbagai pertimbangan, misalnya 'ah bapaknya juga suka telat', saya masuk kelas tanpa rasa berdosa. Sampai di kelas, ternyata bapaknya sudah stand by di posisinya. Tiga puluh menit, waktu yang lumayan lama untuk keterlambatan. Si Bowo dengan nada seperti bercanda, "Heh, kamu presentasi...". Ahh si Bowo kan emang suka bercanda dalam hatiku berkata demikian.
Pas lihat ke papan tuliiiiss,, right, itu nama saya ada diurutaan pertama. Lalu apa mereka belum mulai gara-gara menunggu penyaji pertama (saya) datang? Hah? Kalo benar demikian, saya merasa lebih bersalah. Well, dengan bekal hasil belajar semalaman suntuk saya siap jadi penyaji pertama. Saya menunggu bapaknya untuk mempersilakan. Tapi tiba-tiba bapaknya mengemasi laptop dan alat tulisnya kemudian bertanya kepada kami sekelas... "Kalian serius gag sih sama tugas akhir ini???" Nah lo ternyata bapaknya marah atas kelakuan kami. Kami tidak memenuhi kesepakatan awal bahwa seharusnya presentasi dari 15 kelompok dimulai sejak pukul setengah delapan pagi. Sedangkan banyak diantara kami yang datang sekitar pukul delapan. Bahkan ada teman saya yang tidak sempat absen karena absen sidik jarinya keburu sudah dimatikan sama bapaknya. Well, kami salah.
Sang ketua mengajak saya dan dua orang teman lainnya untuk menyusul bapaknya. Sampai di ruangan bapaknya, beliau terlihat sangat sangat sangat kecewa. Saat itu entah kenapa saya bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh bapaknya. Saya pun akan sangat kecewa bial saya jadi bapaknya. Di sana saya tak mampu berbicara sepatah katapun, karena saya mengakui bahwa saya salah. Saya tak mau mencari-cari alasan untuk membenarkan kesalahan yang telah saya lakukan. Beda sama ketua kelas, dia bilang kenapa kita banyak yang telat hadir ke kelas karena semalaman mengerjakan tugas tersebut hingga bangun kesiangan. Faktanya memang banyak diantara kita yang baru mengerjakan malam itu, termasuk juga saya. Namun saya rasa itu sangat gak tepat untuk dijadikan alasan. Tugas itu kan sudah diberikan jauh hari sebelumnya, satu minggu. Dalam satu minggu ada 7 hari, jika tugas dikerjakan selama satu malam saja, lantas bagaimana dengan yang 6 hari lainnya.
Saya sendiri memang mengakui bahwa itu penyakit saya juga, suka menunda tugas hingga deadline tiba. Akhirnya ya seperti itu berantakan jadinya. Oia bapak dosen yang aku ceritakan tadi memang lulusan Jepang yang notabene adalah negara yang disiplin. Beliau sekolah disana kalau ga alah sekitar sepuluh tahun.
Setelah peristiwa minta maaf dan membujuk bapaknya agar mau kembali ke kelas, presentasi pun bisa dimulai meskipun terbatas dengan waktu. Saya rasa bapaknya ingin memberi kita pelajaran yang sangat berharga, menurutku itu sangat sangat berharga. Alhamdulillah presentasiku cukup lancar. :D
Oia di sela-sela presentasi berjalan, aku melihat ada suatu fenomena yang cukup berbeda di kelas. Biasanya di kelas kami terbentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih suka menggerombol. Fenomena penggerombolan sudah terlihat sejak kami tingkat 2. Saya tidak suka penggerombolan (biasanya terdiri atas 2 sampai 4 orang), atau mungkin saya hanya iri saja ya? entahlah. Fenomena duduk bergerombol dengan orang yang itu-itu saja pernah saya wacanakan denga teman, dan kami sepakat bahwa dudduk bergerombol adalah kata lain dari tidak mau dekat dengan teman selain gerombolannya.. wallahu'alam.
If you enjoyed this post Subscribe to our feed