Written on 20:22 by Novi Tata
Yeah Jekarda, I'm Still Here with You..
Kemarin tanggal 11 Juli semua instansi pemerintah dan swasta yang tidak melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat diliburkan bersama-sama. Libur itu dimaksudkan supaya warga Jakarta ga ada alasan lagi untuk gak menyalurkan hak pilihnya.
Aku yang notabene bukan penduduk Jakarta ikutan libur soalnya kantornya ada di Jakarta. Aku penduduk Jakarta bukan sebenernya? Aku tinggal di Jakarta dah hampir lima tahun loh, meskipun gak pernah punya KTP Jakarta. Definisi penduduk setahuku adalah warga yang sudah tinggal di suatu tempat selama enam bulan. Terlepas apakah aku warga Jakarta atau bukan, aku tetep sayang kok sama Jakarta.. hehe.
Libur pilkada kemarin aku bantu temennya pamanku cari kosan untuk anak-anaknya. Karena anaknya itu cowok, agak susah jadinya. Kebanyakan yang dipampang itu terima kos putri. Kenapa ya lebih banyak orang membuka kos-kosan untuk perempuan daripada untuk anak laki-laki? Mungkin lebih mudah kali ya ngatur anak perempuan. Ah tapi terlalu digeneralisir deh, ga semua anak laki-laki susah diatur.
Oia anaknya itu juara olimpiade TI di kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dah gitu manutan banget sama ibunya. Bahagianya punya anak yang membanggakan kek gitu. Habis cari kos-kosan rencananya langsung cari tiket kereta api untuk malam harinya. Di stasiun Jatinegara ternyata ga ada. Lanjut nyari ke stasiun Senen. Oia di stasiun Senen antrian tiket untuk kelas ekonomi panjang banget. Bener kata temenku, susah jadi orang jawa, mau pulang aja repot. Kalau mau bayar lebih mahal, gak begitu repot sih, ada kelas bisnis sama eksekutif.
Oia kebijakan tidak menjual tiket berdiri untuk kelas ekonomi sebenarnya memudahkan sekaligus memberatkan. Bagi calon penumpang yang mendapat tiket, perjalanannya menjadi semakin nyaman karen tidak perlu lagi berdesakan di gerbong kereta dengan sesama penumpang kereta api. Namun bagi calon penumpang yang tidak mendapat tiket, harus gigit jari dan memilih alternatif transportasi lain.
Pihak kereta api seharusnya menambah jumlah gerbong kereta sebelum menerapkan peraturan semacam itu. Nah yang terjadi sekarang ini, jumlah armadanya tetap sama, sementara pembelian tiket dibatasi. Ya sudahlah terjadi antrian mengular. Kereta api kelas ekonomi kan armada pulang kampung andalan bagi warga ibukota yang cukup terjangkau. Entahlah kebijakan seperti apalagi ke depannya. Niat baik kalau caranya gak baik, ya jadi gak baik juga..
Posted in
Jakarta
|
Written on 00:20 by Novi Tata
Magang yang semula rencananya cuma sampai bulan April diperpanjang hingga bulan September. Itu diputuskan oleh bapak-bapak pimpinan dalam rapat-rapat yang telah diselenggarakan. Pada tanggal 27 Maret, kami lulusan STIS angkatan 49 dikumpulkan di auditorium gedung 1 lantai 10. Ceritanya mau menjelaskan nasib kami ke depan, apakah mau diteruskan magangnya atau dipulangkan dengan hormat, haha. Karena ada 261 kepala, jelas saja keinginan kami banyak dan berbeda-beda. Hasilnya kami tetap magang hingga bulan September. G tau harus sedih atau seneng sama keputusan itu. Jelas pimpinan pasti menginginkan yang terbaik buat kita. Ujung-ujungnya emang harus banyak bersabar. Katanya orang sabar itu... *lanjutin sendiri*. Coba kita lihat nanti bagaimana di bulan September. Apakah benar-benar ada realisasi dari rencana-rencana yang telah dibicarakan bersama 27 Maret yang lalu.

Magang diperpanjang, artinya cari kosan baru. Masa kontrak rumah didaerah Otista, sekitaran kampus saya, sudah akan habis pada akhir April ini. Inilah saatnya saya mencari-cari udah lihat kamar di kos puput temen satu angkatan. Kamarnya itu keciil. Lumayan nyaman karena ada ruang TV, ada dapur juga, dan ada 4 buah kamar mandi. Saya masih mikir-mikir dulu untuk comparing between one and others. Sampai kapan ini mikirnyaa? Keburu diambil sama orang tuh. Ini dia salah satu sifat jelek saya, peragu dan gak tegas sama sesuatu.
Perpanjangan masa magang tentu aja ada sisi postitifnya. Ya misalnya aja saya bisa lebih lama di Jakarta, kumpul bareng sama orang tua, masih bisa jalan-jalan bareng temen-temen. Masih bisa ke toko buku, hehe seolah-olah di tempat penempatan nanti ga ada toko buku. Yang paling penting, masih bisa menikmati semrawutnya kota Jakarta. Hiruk-pikuk orang-orang di pagi dan sore hari. I'll miss that things someday. Benar juga kata orang tua, dijalani dan dinikmati saja satu per satu tahapan yang harus dilalui. Mengeluh-mengeluh juga percuma, malah bisa merusak kebahagiaan hari ini.. #tsaahh.
Posted in
Jakarta,
kotrat kotret
|
Written on 22:52 by Novi Tata
Kurang lebih udah 2 bulan magang di BPS, rasanya? Seneng, sedih, capek, bosen semua jadi satu. Dari mulai ga ada kerjaan sama sekali, sampe bingung mau ngapain. Sampe diuber-uber sama kerjaan sampe agak susah buat ngerjain yang lainnya. Ya tapi inilah hidup, representasi dari kehidupan yang sebenarnya. Adakalanya hidup penuh kesenggangan, namun di lain waktu begitu sempit.
Waktu istirahat siang kayak gini aja masih sambil ngerjain tugas sambil nyempetin bikin tulisan ini. Mungkin tulisan ini emang gak berguna apa-apa buat orang banyak, tapi jelas sangat berguna buat saya. Lumayan bisa dibaca-baca lagi saat saya sudah pergi ke daerah misalnya. Entah daerah mana nanti tempat saya kerja, masih belum terdefinisi dengan jelas.
Sebenernya sih saya bosen, bahkan boseeen banget sama semua rutinitas ini. Rutinitas yang hampir sama dari hari ke hari. Selepas sholat subuh harus bersiap ke kantor, kemudian sekitar jam 6 pagi mengejar-ngejar busway Trans Jakarta. Beruntung kalau buswaynya datang cepet, kalau lagi agak ga beruntung ya lama. Ditambah cuaca Jakarta di bulan Januari ini yang kurang menentu. Sebentar hujan sebentar panas. Kalau panas sih jalanan biasanya lancar-lancar aja. Tapi kalau hujan, orang Jakarta udah pasti hafal apa yang akan terjadi di jalanan. Yap macet..
Seperti beberapa hari yang lalu, pagi hari sejak subuh Jakarta diguyur hujan hingga waktu berangkat kerja tiba. Bener aja, maceet sepanjang jalan. Ditambah lagi ada busway mogok di daerah Matraman. Lengkaplah,, Para magangers banyak yang terlambat datang, ada yang lewat dari jam setengah 8, bahkan ada juga yang lewat dari jam 8.
Sampai di kantor, ngerjain sesuatu yang bisa dikerjain sambil nunggu jam 4 tiba. Nah kalau udah jam 4, perjuangan kami buat kembali ke kosan/kontrakan masing-masing pun dimulai. Nah kalau untuk pulang, ada dua moda transportasi yang bisa menjadi pilihan. Pertama busway yang waktu tunggunya nauzubillah lamaa (eh ga selalu lama ding). Untung-untungan banget deh kalau naik busway sore hari. Kalau pas lagi untung, ya dtengnya cepet plus dapet tempat duduk. Tapi kalau lagi ga hoki, bisa lumutan tu nungguin pak sopir bawa busway. Pernah dulu, waktu yang terlama nunggu busway sekitar 1,5 jam.
Opsi kedua selain naik busway adalah naik angkot. Saya sih lebih prefer naik angkot, soalnya 100% dapet kursi, pasti duduk maksudnya. Ya meskipun kadang-kadang ditimpa matahari sore yang ga kalah menyengat dibanding matahari siang.
Biasanya saya sampai di kontrakan tercinta jam setengah 6, ada waktu sedikit untuk nonton serial korea sambil melemaskan otot-otot kaki. Sambil nunggu magrib tiba juga. Selepas isya semua kerjaan yang saya rasa wajib diselesaikan biasanya udah selesai. Sambil nunggu ngantuk datang, biasanya saya pakai untuk membaca buku-buku yang belum sempet dibaca, sambil dengerin radio. Ya kadang-kadang juga sambil sms temen sekedar tanya bagaimana kabar mereka hari itu. Atau sekedar ngobrol santai sama adek-adek di kontrakan. Semenjak magang saya membiasakan diri untuk tidur lebih awal, biar bisa bangun lebih awal. Sebenernya emang karena badan pegel-pegel juga, hehe.
Kembali lagi ke kebosanan saya yang hampir melampaui tingkat ambang batas, Jenuh jenuh jenuuh pokonya. Tapi kalau mau melihat lebih jauh, ternyata banyak orang-orang yang menginginkan untuk menjadi saya (masa?). Maksudnya, kalau dipikir, saya ini udah enak banget, udah ga pantes lagi saya berkeluh kesah yang nggak jelas.
Kenapa ga boleh ngeluh-ngeluh? Ya jelas dong. Pekerjaan yang harus dikerjakan masih bisalah di handle. Akses internet full di jam kerja, lha makanya itu saya bisa nulis siang-siang gini. Kadang sering terlintas di benak saya mereka-mereka yang pekejaannya cukup "rekoso". Abang angkot, yang harus panas-panasan cari sewa demi mendapat uang setoran. Harus rela menghirup asap knalpot dari kendaraan lain. Harus rela duduk seharian sepanjang perjalanan yang katanya itu ga baik buat kesehatan ginjalnya. Ya semua itu demi sebuah tanggung jawab sebagai seorang ayah juga sebagai seorang suami.Udah udah sekarang tugas kita adalah menjalankan segala peran kita dengan sebaik-baiknya, apapun itu.
Posted in
Jakarta,
kotrat kotret
|