Wisuda STIS Angkatan 14
Written on 15:45 by Novi Tata
Alhamdulillah wisuda juga. Kalau tanpa kemurahan dari-Nya, aku ga akan mungkin melewati semua ini dengan begitu mudahnya. Dari mulai bimbingan skripsi, seminar, sidang, hingga revisi, semua terasa dimudahkan. Hingga akhirnya tanggal 22 Oktober kemarin, aku termasuk salah satu wisudawati lulusan STIS angkatan 14 di auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.
Suasana pagi itu sangat terasa hiruk pikuk. Masing-masing orang sibuk dengan urusannya sendiri. Ini salah satu hari spesial dalam hidupku. Wisuda pertamaku yang insyaAllah akan disusul dengan wisuda-wisuda berikutnya. Ini dia jepretan foto suasana pagi itu di kampus Otista.
Terasa banget perjuangan untuk kuliah di STIS, apalagi pas tingkat 1 dan 2. Banyak mata kuliah yang jamnya pagi pas hari Senin. Artinya aku sering 'mbrudut' pagi-pagi buta dari rumah orang tua di daerah Tangerang Barat. Jaman-jaman itu angkutan umum belum sebanyak sekarang. Untuk para komuter dari Tangerang Barat-Jakarta, pasti ga asing dengan mobil merah Bargol. Selepas subuh biasanya aku udah berangkat bareng-bareng sama bapak-bapak yang pada mau berangkat kerja. Kelewatan karena saking ngantuk udah sering dialami.
Kalo pulang dari Jakarta pas Weekend juga gak kalah perjuangannya. Biasanya aku lebih milih naik kereta karena lebih ekonomis dan lebih santai karena ga terburu-buru. Yang luar biasa nyesek itu kalo naek kereta ekonomi Jakarta-Rangkas Bitung. Segala tukang jualan ada disana, ga peduli suasana dalam kereta sempit atau gak. Kadang aku kesel, tapi kadang aku menyadari kalau kebutuhan perut mereka memang tidak bisa ditunda. Kalau mereka tak bekerja, siapa yang akan menanggung? Baiklah, dari kereta ekonomi tersebut sya ambil pelajaran, ada harga ada rupa. Seribu lima ratus untuk jarak yang tidak dekat udah terjangkau banget buat masyarakat kelas terbawah sekalipun. Hmm, benar-benar merasakan jadi mereka-mereka yang kurang beruntung. Saya merasa beruntung bisa berinteraksi dengan mereka dengan jarak sedekat itu.
Oia kembali ke topik sebelumnya, Sabtu kemarin hari wisudaku. Bapak dan ibu alhamdulillah bisa datang. Memang sih ada kesalahan kecil pas aku maju ke ketua STIS. Aku udah mengacungkan tangan untuk salaman aja padahal kuncir toga belum dipindahkan.. haa, maaluu banget aku waktu itu. Tapi sudahlah, namanya juga insiden tak terduga.
Hmm seneeeng deh akhirnya bisa ngasih sedikit kebahagiaan buat ibuk. Eh aku terlalu sering ngomongin ibuk ya dibanding bapak? Wajarlah, aku lebih deket sama ibuk. Aku udah speechless nih, intinya aku selalu mohon sama Allah supaya dikasih kesempatan bahagiain ibuk meskipun hanya lewat hal-hal kecil.
If you enjoyed this post Subscribe to our feed