Cerita Jodoh Bu Kabid
Written on 21:58 by Novi Tata
Beberapa waktu yang lalu sesampainya di Kendari, aku bersama teman-teman bermalam di mess kantor provinsi sebelum melanjutkan perjalanan ke kabupaten masing-masing. Kami tinggal di mess selama sekitar 10 hari. Awalnya kupikir mess itu seperti rumah petak, tapi ternyata bukan. Bentuknya lebih mirip rumah. Cukup luas tetapi terlihat kurang terawat. Well dalam tulisan ini aku ga mau cerita soal mess. Ada satu hal yang lebih menarik untuk diceritakan.
Tetangga depan mess kami adalah Kepala Bidang di kantor provinsi. Berhubung aku mau ke kabupaten, aku berpamitan dulu ke rumah beliau. Ternyata beliau lagi ke luar kota. Di rumah hanya ada istri dan anak-anakya. Istrinya itu orang Jawa, pak kabid asli orang Sulawesi Selatan. Karena udah dididik menjadi seorang statististisi, maka aku suka mewawancarai orang layaknya sedang mendata. Aku iseng lah tanya bagaimana dulu ceritanya bisa ketemu sama bapak. Ternyata ibunya itu menyambut baik pertanyaanku, dia suka bercerita panjang dan lebar.
Jadi begini ceritanya. Pak kabid adalah teman dari sepupu ibu itu. Pas pernikahan sepupu ibu itu, pak kabid datang kemudian berkenalan sama ibu itu. Mulanya masing-masing dari mereka sudah memiliki calon pasangan hidup. Si ibu itu orangnya cukup tegas sama pacarnya yang dulu sebelum bertemu pak kabid. Dia bilang, siapa pun yang melamar terlebih dahulu akan dipertimbangkan. Ternyata benar, pak kabid tidak lama kemudian langsung melamar ibu itu. *Hmm, cowok sekali* Ga pakai lama-lama untuk memutuskan menikah dengan ibu itu. Ibu itu akhirnya diboyong ke Sulawesi karena memang bapak tugas disini and life hapily ever after.. hihi.
Dari cerita yang aku tangkap, sebenarnya ga perlu pacaran kelamaan. Cuma akan menghabiskan waktu saja. Buktinya itu, si ibu yang udah pacaran lama dengan pacarnya terdahulu, eh nikahnya sama pak kabid. Pak kabid juga dulu punya pacar perawat (klo ga salah), nikahnya sama ibu itu. Jodoh emang di tangan Tuhan, kalau ga dijemput akan selamanya berada di tangan Tuhan. Mungkin kalimat tersebut terdengar seperti joke tapi itu memang benar adanya. Harus dijemput. Cara menjemputnya bukan dengan pacaran kelamaan, tapi dengan memantaskan diri. *hmmm, lagi agak bener*
If you enjoyed this post Subscribe to our feed