Dilematika Kereta Api
Written on 08:40 by Novi Tata
Hari Minggu siang rasanya cepet banget datangnya. Aku belum puas menghabiskan waktu dirumah dan emang gak akan pernah puas. Rumah emang tempat terbaik dan ternyaman menurutku. Hehe gimana gak nyaman, pagi-pagi udah disiapin sarapan sama teh manis hangat sama ibu. Dimana-mana orang pulang kerumah kan katanya mau berbirrul walidain yah, ini mah apaa. ckckck. Nanti siang mau dimasakin apa? tanya si mama. Hiaah harusnya kan sekali-sekali pulang, aku yang masakin buat mama. Eh tapi enak juga sih dimasakin. Nah inilah sebabnya kenapa aku gabisa-bisa masak. Masak aer, telur ceplok sama mie instan sih bisa. Gosong-gosong dikit lumrah kali.. :P
Saat untuk kembali ke kosan sebenarnya sesuatu yang cukup berat. Si mama sebenarnya nyaranin untuk berangkat pagi-pagi buta dari rumah. Wah tapi itu susah bray.. Bayangin, sebelum adzan subuh harus bangun dan membuka mata dengan siraman air, mandi maksudnyaa. Apalagi air di rumah relatif lebih dingin kalau dibandingkan sama air di kosan. Udah gitu harus buru-buru ke stasiun atau ke terminal supaya ga kesiangan. Biasanya kalau hari Senin angkutan umum penuh banget sama orang-orang yang emang pulang seminggu sekali macem aku ini. Naik bis sempit, naik kereta api sama aja. Wes aku lebih baik pergi ke kosan hari Minggu aja.
Namun hari Minggu pun, kalau gak pas perhitungannya juga samaa. Seperti kereta api yang tadi sore aku tumpangi. Penuhnyaa.. Apalagi aku gendong tas ransel yang mayan berat. Semula aku mau turun di stasiun Kampung Bandan. Namun karena terlalu penuh dan gerah banget, aku memutuskan turun di stasiun Serpong. Tadi pas naik kereta yang sempit itu, aku sama seorang mbak-mbak emang gak beli karcis (ini jangan ditiru ya). Soalnya pas kami datang, pas banget juga kereta itu datang. Jadi kami bayar di atas, hahaha.. Perbuatan yang tidak dibenarkan oleh undang-undang :P
Pas turun di stasiun Serpong, aku harus beli tiket dulu soalnya wilayah Serpong ke Jakarta udah masuk wilayah yang cukup tertib. Gak lucu kalau harus diturunin di tengah jalan. Alhamdulillah kereta rel listrik (KRL) dari Serpong langsung berangkat ga lama setelah kereta sempit itu pergi. Perjalanannya pun lumayan nyaman. Sampai di Tanah Abang yang merupakan salah satu stasiun kereta api yang cukup besar di Jakarta, aku pun harus melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kemayoran.
Untuk menumpang kereta commuter line jurusan Stasiun Jatinegara yang melalui Stasiun Kemayoran, aku harus pindah ke jalur 2 di Tanah Abang. Semenjak turun dari KRL Serpong emang perutku udah terasa kurang nyaman, semacam kembung dan nyeri gitu. Kupikir itu ada hubungannya sama maag. Di Jalur 2, ternyata ruame banget sama orang-orang yang pada mau pulang ke Solo, kalau gak salah mereka mau naik kereta Bengawan Solo. Ada yang duduk di kursi-kursi, ada juga yang duduk lesehan dengan alas koran, khas sekali orang yang mau pulang kampung. Jadi mikir, kapan ya terakhir kali aku pulang ke kampung halaman bapak sama ibu? Oia, di atas tempat duduk peron kereta api, diputar video clip seorang artis wanita dengan balutan baju seadanya. Entah apa yang ada di pikiran para laki-laki yang menontonnya.
Di tengah banyaknya orang-orang itu, ada beberapa pasangan suami istri muda yang membawa bayi mereka. Mereka terlihat sangat bahagia, meskipun kelihatan repot juga. Rasa sakit perutku ternyata belum usai, angin di peron jalur 2 cukup kencang menampar-nampar wajahku. Rasa sakit di perutku makin menjadi-jadi, sementara kereta commuter line yang kunanti tak kunjung datang. Pas kereta datang, sepertinya konsentrasiku buyar sehingga entah bagaimana kupikir kereta itu tidak lewat Stasiun Kemayoran. Huaa, analisa yang ngawur, totally ngawur. Aku menunggu kereta commuter line berikutnya sementara orang-orang yang sangat banyak tadi sudah tak di tempatnya, mereka sudah memasuki gerbong Bengawan Solo. Aku masih pusing dan merasakan perutku yang sedang minta perhatian. Berkali-kali kutanyakan pada petugas apakah masih ada kereta ke Kemayoran. Masih banyak mbak, jawabnya.
Pemberitahuan kedatangan kereta terdengar dari pengeras suara. Kereta tujuan Stasiun Jatinegara akan segera datang. Namun aku masih tetap pada kebingunganku. Apakah kereta itu akan melewati Stasiun Kemayoran? Ah seperti pertanyaan orang linglung. Dalam kondisi masih bingung, aku tetap naik commuter line itu sambil kupikir lagi. Ternyata benar kereta itu lewat Stasiun Kemayoran. Pokoknya pertanyaanku kepada orang-orang tadi seperti orang yang baru pertama kali naik kereta jurusan Kemayoran. Ah entahlah, tapi aku tadi benar-benar bingung. Alhamdulillah akhirnya sampai di Jakarta dengan selamat (Selamat bukan nama orang ya :D).
Dari Stasiun Kemayoran tinggal berjalan kaki santai sekitar 10 menit ke kosanku. Dari kamar kosku yang mungil bahkan terdengar suara kereta api dan palang pintu kereta. Xoxo.. Well, ini ceritaku, apa ceritamu? :D
If you enjoyed this post Subscribe to our feed