Senyum Kita Senyum Ibu juga
Written on 08:42 by Novi Tata
Hidup gue jadi dekat banget sama perkereta apian. Maklum rumah orang tua ada di daerah cisoka, Tangerang Barat. Ceman-ceman mesti menganggap kalau yang namanya Tangerang itu sangat dekat dengan Jakarta. Memang Kabupaten Tangerang berbatasan langsung dengan ibukota negara kita, Jakarta. Namun karena rumah orang tua saya ada di Tangerang sebelah Barat. Secara otomatis, Tangerang juga berbatasan dengan Kabupaten Serang di sebelah baratnya.
Sempet terpikir untuk pulang pergi Jakarta-Rumah, namun apadaya ternyata juauh banget. Pas hari Jum'at ngobrol-ngobrol sama temen seangkatan yang juga rumahnya searah, namanya Darma, dia di daerah Parung Panjang. Dia setiap hari berangkat dari rumahnya jam setengah 5 pagi sebelum adzan Subuh berkumandang. Sholat Subuhnya ditunaikan di masjid dekat stasiun. Hmm, perjuangan emang.
Nah aku rasanya pengen juga pulang pergi seperti itu. Langsung ku SMS ibu, "Ma, bulan depan aku pulang-pergi aja ya, gak kos.. blablabla..". Si ibu bilang dicoba saja dulu dua hari, lalu baru diputuskan. Hmm dasar sifat-ku rada-rada ngeyel, "Kalo udah niat pasti bisa deh ma". Si ibu udah biasa sama sifat jelek anaknya ini. Kemudian tadi pagi jam tiga dinihari alarm-ku bunyi, ku snooze beberapa kali hingga jam setengah 4 pas aku bangun. Byurrr, mandi pagi-pagi buta dingin banget, tapi seger. Beres-beres dan dibawain bekel sama mama. Jam 4 pagi berangkat karena pas lagi berhalangan sholat juga. Subuhnya padahal jam setengah lima lewat sepuluh menit. Di jalan ternyata belum ada oraaang. Eh ada ding cuma satu-satunya. Untung ibuku baik, jadi aku di anter *selalu saja merepotkan orang tua, hzzz*. Setelah 10 menit sampai di pemasaran tempat angkot lewat, ga ada angkot ke arah stasiun tigaraksa. Semakin ketar-ketir aja mengingat jadwal kereta kan udah fix. Ga peduli calon penumpangnya udah sampai stasiun atau belum. Sejurus kemudian ada sepasang lampu yang beriringan, menandakan bahwa itu adalah angkot, haha. Betul ternyata angkot, namun setelah semakin dekat dan kuperhatikan dengan seksama, ternyata angkot itu membawa gunungan chiki dan makanan ringan hasil belanjaan seorang ibu dari pasar cisoka. Aku langsung membatin, "Berapa lama menurunkan chiki sebanyak setengah angkot? 10 menit? 15 menit?". Huah sudah sudah, gak akan mungkin terkejar kereta pertama. Kulirik sudut hape bututku, sudah mengarah ke angka 4. Setengah lima kurang sepuluh. Sementara kereta pertama itu datang di stasiun tigaraksa pukul setengah 5. Impossible dapet kereta itu kecuali dia terlambat. Kemudian aku setengah berbisik ke arah ibu, "Ma, kosannya lanjut aja bulan depan". Ibu cuma bisa senyum lega, anak perempuannya ini sedikit ngeyel kalau belum membuktikan sendiri apa yang diyakininya, meskipun kadang sering salah. Akhirnya kuputuskan pulang dan melanjutkan tidur yang tertunda dan tidak magang. *zzzz*
Jadi inget kejadian beberapa tahun silam. Waktu itu aku masih kuliah di PTK Jakarta. Kalau ada hari libur, aku selalu pulang. Soalnya ada wejangan dari kakak tingkat untuk sering-sering pulang selama masih bisa pulang. Meskipun hari sudah agak malem, biasanya aku tetep pulang. Ibu sih seneng kalau anaknya ini pulang kerumah. Mungkin karena agak malem, jadi biasanya ibu bilang lebih baik pagi aja. Secara cewek manis gini malem-malem ada di jalan kan bikin cemas..hohoho. Nah entah kenapa waktu itu aku dari Lipo Supermall, mungkin jalan-jalan aja. Dulu kerjaanku sebagai mahasiswa dan tukang ngabisin duit. Eeh baru tau sekarang kalau cari duit itu susah, haha, tobat deh. Dulu itu aku nekat banget bawa uang pas-pasan kemana-mana. Biasanya aku tenang karena ada uang di ATM. Entah kenapa pas hari itu ATM-ku ketinggalan. Jam di hape udah mengarah ke angka sembilan. Shuttle bus yang warna kuning ke citra raya dan balaraja tinggal satu. Uang yang kubawa kan pas-pasan, kubayar shuttle bus itu 10 ribu. Kupikir kan itu jurusan Balaraja, eh ternyata bukan sodara-sodara. Itu ke Citra Raya. Uangku akhirnya tinggal 3 ribu kalau gak salah. Itu untuk melanjutkan perjalanan dari Citra Raya ke Balaraja. Nah dari Balaraja ke rumah apaa? Untung waktu itu udah ada hp, dan ada pulsanya meskipun seadanya, haha. Ku SMS mama, "Ma, uangku habis. Skrg lagi naik angkot ke arah Kirana. Gimana ni?". Berani-beraninya ya naik angkot tanpa uang. Tanggapan mama sangat responsif banget, "Sekarang km dimana? Yaudah mama tunggu di pemasaran. SMS kalau udah nyampe". *terharu dan sedikit lebih tenang*
Ketika sampai di depan pemasaran, ternyata mama sudah ada disana dengan ongkos yang sudah disiapkan untukku. *berkaca-kaca*. Pas aku turun dari angkot itu, mama dengan sigap langsung memberikan uang itu kepada sopir angkot. *plong*. Tapi taukah, mama jalan kaki dari rumah ke pemasaran, jaraknya ga deket bahkan relatif jauh. :/ Selalu bikin repot orang tua, tapi sebenernya orang tua gak pernah merasa direpotkan.
Lalu, pengorbanan besar apa yang sudah kita lakukan untuk ibu kita, kawan?
If you enjoyed this post Subscribe to our feed